Pages

Monday, July 22, 2013

NIAT YANG IKHLAS


NIAT YANG IKHLAS
Setiap hamba Allah memiliki kemampuan dan kemauan dalam beribadah yang berbeda-beda. Sedangkan nilai ibadah seorang hamba di hadapan Allah ditunjukkan dengan ikhlasnya dalam beramal. Tanpa keikhlasan takkan berarti apa-apa amal seorang hamba. Tidak akan ada nilainya di sisi Allah jika tidak ikhlas dalam beramal.
Niat adalah pengikat amal. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi teramat sangat penting dan akan membuat hidup ini menjadi lebih mudah, indah dan jauh lebih bermakna.
Balasan yang dinikmati oleh hamba Allah yang ikhlas adalah akan memperoleh pahala amal, walaupun amalan tersebut belum dilakukan. Disamping itu akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin. Betapa tidak? Karena dia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan atau imbalan. Dipuji atau tidak sama saja.
KONSENTRASIKAN AMALMU HANYA KEPADA ALLAH
Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi ataupuan imbalan duniawi dari apa yang dapaat dia lakukan. Konsentrasi orang ikhlas hanya satu, yakni bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah.
Berhati-hatilah bagi orang-orang yang ibadahnya temporal, karena bisa jadi perbuatan tsb merupakan tanda-tanda keikhlasan belum sempurna. Yang ukuran nilai ibadahnya adalah duniawi. Misalnya ketika wuzuk…ternyata disamping ada seoran  yang cukup terkenal dan disegani, makan wudlu kita pun secara sadar atau tidak tiba-tiba dibagus-baguskan.
Hamba Allah yang ikhlas mampu beribadah secara istiqamah dan terus menerus kontinu. Orang-orang yang ikhlas adalah orang yang kualitas amalnya dalam kondisi ada atau tidak adanya orang yang memperhatikan adalah sama. Berbeda dengan orang yang kurang ikhlas, ibadahnya justru lebih bagus ketika ada orang lain memperhatikannya.
Seorang pembicara yang tulus tidak harus merekayasa aneka kata-kata agar penuh pesona, tetapi dia usahakn agar setiap kata-kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata-kata yang disukai Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, dan maknanya. Selebihnya terserah Allah, kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang Maha Kuasa menghunjamkannya ke dalam setiap kalbu.
Oleh karena itu tidak perlu terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah samasekali tidak membutuhkan rekayasa karena Dia Maha Tahu segala lintasan hati, Maha Tahu segalanya! Semakin jernih, semakin bening, dan semakin bersih segala apa yang kita lakukan atau semakain seluruh aktivitas ditujukan semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah lah yang akan menolong segalanya.
IKHLAS, RAHASIA PARA KEKASIH ALLAH
Seorang sahabat dengan mimik serius mengajukan sebuah pertanyaan,“Ya kekasih Allah, bantulah aku mengetahui perihal kebodohanku ini. Kiranya engkau dapat menjelaskan kepadaku, apa yang dimaksud ikhlas itu?“
Nabi SAW, kekasih Allah yang paling mulia bersabda,“Berkaitan dengan ikhlas, aku bertanya kepada Jibril a.s.apakah ikhlas itu?Lalu Jibril berkata,“Aku bertanya kepada Tuhan yang Maha Suci tentang ikhlas, apakah ikhlas itu sebenarnya?“ Allah SWT yang Mahaluas Pengetahuannya menjawab,“Ikhlas adalah suatu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang Kucintai.“(H.R Al-Qazwini)
Dari hadits diatas nampaklah bahwa rahasia ikhlas itu diketahui oleh hamba-hamba Allah yang dicintai-Nya. Untuk mengetahui rahasia ikhlas kita tidak lain harus menggali hikmah dari kaum arif, salafus shaalih dan para ulama kekasih Allah.
Antara lain Imam Qusyaery dalam kitabnya Risalatul Qusyairiyaah menyebutkan bahwa ikhlas berarti bermaksud menjadikan Allah sebagi satu-satunya sesembahan. Keikhlasan berarti menyucikan amal-amal perbuatan dari campur tangan sesama makhluk. Dikatakan juga keikhlasan berarti melindungi diri sendiri dari urusan individu manusia.
TANDA-TANDA IKHLAS SEORANG HAMBA
1. Tidak mencari populartias dan tidak menonjolkan diri
2. Tidak rindu pujian dan tidak terkecoh pujian.
Pujian hanyalah sangkaan orang kepada kita, padahal kita sendiri yang tahu keadaan kita yang sebenarnya. Pujian adalah ujian Allah, hampir tidak pernah ada pujian yang sama persis dengan kondisi dan keadaan diri kita yang sebenarnya.
3. Tidak silau dan cinta jabatan
4. Tidak diperbudak imbalan dan balas budi
5. Tidak mudah kecewa.
Seorang hamba Allah yang ikhlas yakin benar bahwa apa yang diniatkan dengan baik lalu terjadi atau tidak yang dia niatkan semuanya pasti telah dilihat dan dinilai oleh Allah SWT. Misal ketika kita menjenguk teman sakit di RS luar kota, ternyata ketika kita sampai yang bersangkutan telah sembuh dan pulang. Tentu sjaa kita tidka harus kecewa karena niat dan perjalan termasuk ongkos dan keletihannya sudah mutlak tercata dan tidak akan disia-siakan Allah.
Seorang hamba yang ikhlas sadar bahwa manusia hanya memiliki kewajiban menyempurnakan niat dan menyempurnakan ikhtiar. Perkara yang terbaik terjadi itu adalah urusan Allah.
Masalah kekecewaan yang wajar adalah jika berhubungan dengan urusan dengan Allah, kecewa ketika ternyata sholatnya tidak khusyu‘, ibadahnya tidak meningkat dsb.nya.
6. Tidak membedakan amal yang besar dan amal yang kecil
7. Tidak fanatis golongan
8. Ridha dan marahnya bukan karena perasaan pribadi
9. Ringan. Lahap dan nikmat dalam beramal
10. Tidak egis karena sellau mementingkan kepentingan bersama.
11. Tidak membeda-bedakan pergaulan.
IKHLASNYA SEORANG MUQARABBIN
Dalam kitab Al Hikan, karya Syeikh Ibnu Atho’ilah tentang kedudukan seorang hamba dalam amal perbuatannya, terdapat dua tingkatan kemuliaan seorang hamba ahli ikhlas, yakni hamba Allah yang abrar dan yang muqarrabin.
Keikhlasan seorang abrar adalah apabila amal perbuatannya telah bersih dari riya‘ baik yang jelas maupun tersamar. Sedangkan tujuan amal perbuatannya selalu hanya pahala yang dijanjikan Allah SWT. Adapun keikhlasan seorang hamba yang muqarrabin adalah ia merasa bahwa semua amal kebaikannya semata-mata karunia Allah kepadanya, sebab Allah yang memberi hidayah dan taufik.
Dengan kata lain, amalan seorang hamba yang abrar dinamakan amalan lillah, yaitu beramal karena Allah. Sedangkan amalan seorang hamba yang muqarrabin dinamakan amalan billah, yaitu beramal dengan bantuan karunia Allah. Amal lillah menghasilkan sekedar memperhatikan hukun dzahir, sedang amal billah menembus ke dalam perasaan kalbu.
Pantaslah seorang ulama ahli hikmah menasihatkan,“Perbaikilah amal perbuatanmu dengan ikhlas, dan perbaikilah keikhlasanmu itu dengan perasaan bahwa tidak ada kekuatan sendiri, bahwa semua kejadian itu hanya semata-mata karena bantuan pertolongan Allah saja.“
Tentulah yang memiliki kekuatan dashyat adalah keikhlasan seorang hamba yang muqarrabin yang senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah Azza wa Jalla.

OBAT HATI





Urgensi dan Kedudukan Hati Bagi Seorang Muslim

Sesungguhnya topik yang berkaitan dengan hati merupakan perkara yang sangat penting, dinamakan hati (al-qalbu) karena proses perubahannya yang sedemikian cepat.                                                      

Rasulullah bersabda:
Dinamakan hati (al-qalbu) karena cepatnya berubah.”(HR. Ahmad)

Di tempat yang lain Rasulullah bersabda:
Perumpamaan hati adalah seperti sebuah bulu di tanah lapang yang diubah oleh hembusan angin dalam keadaan terbalik.” (HR. Ibnu Abi Ashim)

Sungguhpun begitu, Allah Maha Besar, Dia mampu mengubah dan menguasai hati-hati manusia sebagaimana sabda Rasulullah :
“Sesungguhnya hati-hati anak Adam berada di antara takdir Allah layaknya satu hati, Dia mengubah menurut kehendak-Nya.” (HR. Muslim)

Kemudian Rasulullah melanjutkan sabda beliau:
Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, condongkanlah hati kami untuk selalu taat kepada-Mu.” (HR. Muslim)

Bahwa keselamatan dan kesengsaraan hamba, keberhasilan atau kegagalannya bahkan masuknya ke dalam surga atau neraka, berhubungan erat dengan baik atau tidaknya hati, sehat atau sakitnya hati, dalam hal ini Allah berfirman:
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (QS. asy-Syams [91]: 9–10)

Kemudian Rasulullah bersabda:
“Ketahuilah, sesungguhnya pada setiap jasad ada sekerat daging, apabila dia baik maka baik seluruh anggota jasad, apabila dia jelek maka jelek semua anggota jasad, ketahuilah dialah hati.” (HR. Bukhari)


Diagnosa Penyakit Hati


Berikut ini kita akan sebutkan beberapa perbuatan yang bisa kita jadikan indikasi untuk mendiagnosa terjadinya rusaknya hati atau penyakit-penyakit hati:

1. Melakukan kedurhakaan dan dosa
Di antara manusia ada yang melakukan kedurhakaan terus-menerus dalam satu jenis perbuatan. Ada pula yang melakukan dalam beberapa jenis bahkan semuanya dilakukan dengan terang-terangan, padahal Rasulullah bersabda:
“Setiap umatku akan terampuni kecuali mereka yang melakukan kedurhakaan secara terang- terangan.” (HR. Bukhari)

2. Merasakan adanya kekasaran dan kekakuan hati, seakan-akan batu keras yang tidak bisa dipengaruhi oleh sesuatu pun. Allah berfirman:
"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi…." (QS. al-Baqorah [2]: 74)

3. Tidak tekun dalam beribadah, tidak memperhatikan dengan seksama setiap ucapan atau perbuatan yang dilakukannya dalam beribadah baik dalam sholat, dalam berdo’a, dan yang lainnya. Rasulullah bersabda:
“Tidaklah diterima do’a dari hati yang lalai dan tidak ada kesungguhan.” (HR. Tirmidzi)

4. Malas dalam melaksanakan ketaatan dan peribadahan, kalaupun beribadah maka dilakukan hanya sekedar ibadah yang kosong dari makna dan tidak ada ruh di dalamnya.
Sebagaimana yang disebutkan oleh Allah:
"… dan apabila berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas…." (QS. an-Nisa’ [4]: 142)
Masuk dalam kategori ini ialah perbuatan–perbuatan yang tidak dilakukan dengan mempedulikan nilai dari perbuatan tersebut atau meremehkan waktu-waktu yang tepat untuk melakukannya. Misalnya, melakukan sholat-sholat di akhir waktu, atau menunda-nunda haji padahal sudah ada padanya kemampuan untuk melaksanakan.

5. Perasaan gelisah dan susah hanya karena adanya masalah-masalah yang remeh yang didapatinya
Rasulullah mendefinisikan keimanan adalah:
“Iman itu adalah kesabaran dan kelapangan di dada (tidak gampang gelisah).”

6. Tidak tersentuh oleh kandungan ayat-ayat al-Qur’an yang dibacanya, tidak pula oleh janji, ancaman, perintah, larangan, dan lain-lain

7. Lalai dalam berdzikir dan tidak berdo’a kepada Allah.
Allah berfirman (ketika menyifati orang-orang munafik:
"… dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (QS. an-Nisa’ [4]: 142)

8. Tidak ada perasaan marah jika ada pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan Allah.
Bara kebaikan dalam hati telah padam, tidak menyuruh kepada yang ma’ruf, tidak pula mencegah dari yang mungkar. Pada puncaknya, dia tidak mengetahui yang ma’ruf dan tidak mengetahui yang mungkar. Segala urusan dianggap sama.

9. Gila kehormatan dan publikasi/popularitas
Termasuk di dalamnya, gila terhadap kedudukan ingin tampil sebagai pemimpin yang menonjol dan tidak dibarengi dengan kemampuan yang semestinya.
Rasulullah bersabda
“Sesunguhnya kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemiminan dan hal ini akan menjadi penyesalan pada hari kiamat.” (HR. Bukhari)

10. Bakhil dan kikir terhadap harta yang dimilikinya
Allah memuji orang-orang Anshor dengan firman-Nya:
"… dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. al-Hasyr [59]: 9)
Rasulullah bahkan bersabda :
“Tidaklah berkumpul pada hati seorang hamba selama-lamanya sifat kikir dan keimanan.” (HR. Nasai)

11. Suka mengatakan apa yang tidak dilakukan
Padahal penyakit ini yang menjadikan binasanya umat terdahulu. Allah berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. ash-Shof [61]: 2–3)

12. Senang dan gembira di atas penderitaan saudara-saudaranya sesama muslim yang mengalami kegagalan, merugi, atau mendapatkan musibah

13. Hanya pandai menilai kadar dosa yang dilakukannya dan tidak kepada siapa dosa itu dilakukan

14. Tidak peduli terhadap penderitaan kaum muslimin
Padahal Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya seorang mu’min terhadap mu’min yang lain laksana kepala dari sebagian badan. Orang mu’min akan menderita karena orang-orang mu’min yang lain sebagaimana badan ikut menderita karena keadaan di kepala.” (HR. Ahmad)

15. Gampang memutuskan tali persaudaraan, tidak merasa tergugah tanggung jawabnya untuk beramal demi kepentingan kaum muslimin

16. Suka berbantah-bantahan dan berdebat yang justru membuat hati keras dan kaku. Rasulullah bersabda:
“Tidaklah segolongan orang menjadi tersesat sesudah ada petunjuk kecuali jika mereka suka berbantah-bantahan.” (HR. Ahmad)

17. Sibuk dalam perkara keduniaan semata

18. Berlebih-lebihan dalam masalah makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan lain-lain. Rasulullah bersabda:
“Jauhilah berlebih-lebihan, karena hamba-hamba Allah bukanlah orang-orang yang hidup berlebih-lebihan.” (HR. Abu Nu’aim)

19. dan lain-lain


Terapi Penyembuhan


Itulah beberapa fenomena dari hati yang berpenyakit. Selanjutnya kita berusaha untuk mencari terapi dari penyakit-penyakit di atas.

Rasulullah menggambarkan dalam salah satu sabda beliau bahwa keimanan seorang hamba diibaratkan sebagai pakaian yang dibutuhkan untuk diperbaharui setiap saat. Di tempat yang lain, beliau menggambarkan keimanan adalah ibarat menatap bulan, terkadang bercahaya terkadang gelap, manakala bulan tersebut tertutup oleh awan maka hilanglah sinar dari rembulan tersebut, ketika gumpalan-gumpalan awan menghilang maka nampak kembali cahaya bulan tersebut.

Kemudian, yang terpenting bagi seseorang ketika dia berusaha mengobati penyakit hatinya maka dia harus meyakini terlebih dahulu bahwa keimanan seseorang terkadang bertambah terkadang berkurang sebagaimana firman Allah :
… supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)…. (QS. al-Fath [48]: 4)

Juga sebagaimana sabda Nabi :
“Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah dia mengubah dengan tangannya, jika dia tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemah iman.” (HR. Bukhori)

Sebelum melangkah lebih jauh dalam mengupas penyembuhan dari penyakit-penyakit hati tersebut, ada baiknya kita sampaikan bahwa tidak sedikit orang mencari penyembuhan secara eksternal; dengan cara itu mereka berharap bersandar kepada orang lain, padahal dia sendirilah yang mampu untuk mencari penyembuhan bagi dirinya.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan seorang muslim sebagai upaya penyembuhan penyakit hati yang dideritanya:

1. Membaca dan menyimak al-Qur’an
Allah telah memastikan bahwa al-Qur’an adalah penawar dari penyakit, penerang dan cahaya bagi hamba Allah yang dikehendaki-Nya. Firman Allah :
"Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman…." (QS. al-Isro’ [17: 82)

2. Merasakan keagungan Allah
Di samping itu, seorang muslim juga harus mengetahui Nama-nama dan Sifat-sifat Allah serta memikirkan makna-maknanya. Banyak dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang mengungkap tentang keagungan Allah. Jika seorang muslim memperhatikan nash-nash tersebut, niscaya akan bergetar hatinya dan jiwanya akan tunduk kepada Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui sebagaimana firman Allah :
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. al-An’am [6]: 59)

3. Mencari dan mempelajari ilmu agama
Yaitu ilmu yang bisa menghasilkan rasa takut kepada Allah dan menambah nilai keimanannya. Tidak akan sama keadaan orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui.

4. Banyak berdzikir kepada Allah
Dengan berdzikir kepada Allah keimanan bertambah, rahmat Allah datang, hati tenteram, para malaikat datang mengelilingi mereka, dosa-dosa mereka terampuni. Rasulullah bersabda:
“Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, andaikata kamu tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam berdzikir, tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas tempat tidurmu dan tatkala dalam perjalanan.” (HR. Muslim)

5. Memperbanyak amal shalih
Dengan beberapa bentuk, di antaranya:
• Sesegera mungkin melaksanakan amal shalih
• Melaksanakan amal shalih secara terus-menerus
• Tidak gampang bosan dan capai dalam melaksanakannya
• Mengulang beberapa amal shalih yang terlupakan
• Senantiasa berharap apa yang dilakukannya diterima oleh Allah

6. Banyak melakukan berbagai macam ibadah
Di antara rahmat Allah ialah dengan diberikan-Nya beberapa macam peribadatan, sebagiannya berbentuk fisik seperti sholat, sebagiannya berbentuk materi seperti zakat, sebagiannya berbentuk lisan seperti dzikir dan do’a. Bahkan satu jenis ibadah bisa dibagi kepada wajib, sunnah, dan anjuran. Yang wajib pun terkadang terbagi kepada beberapa bagian. Berbagai jenis ibadah ini memungkinkan untuk dijadikan sebagai penyembuh dari penyakit hati atau lemahnya keimanan.

7. Takut meninggal dunia dalam keadaan su’ul khotimah
Rasa takut seperti ini dapat mendorong seorang muslim untuk taat dan selalu memperbarui keimanannya.

8. Banyak mengingat mati
Rasulullah bersabda:
“Perbanyaklah mengingat penebas segala kelezatan, yakni kematian.” (HR. Tirmidzi)
Di antara cara yang efektif untuk mengingatkan seseorang terhadap kematian ialah dengan berziarah kubur, mengunjungi orang sakit, mengiringkan jenazah, dan lain-lain.

9. Selalu ingat hari akhir
Masuk di dalamnya berbagai kejadian-kejadian di hari kiamat seperti hari kebangkitan, berkumpul di padang mahsyar, hisab, pahala, timbangan, jembatan, qishosh, syafa’at, tempat tinggal yang abadi yaitu surga dengan segala kenikmatannya dan neraka dengan segala kepedihannya.

10. Berinteraksi dengan firman-firman Allah yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa alam

11. Bermunajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya
Rasulullah bersabda:
“Saat seseorang paling dekat kepada Allah ialah tatkala dia melakukan sujud, maka perbanyaklah do’a.”

12. Tidak berangan-angan yang terlalu muluk dalam perkara keduniaan

13. Memikirkan kehinaan duniawi
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya makanan anak Adam bisa dijadikan sebagai perumpamaan dunia. Maka lihatlah apa yang keluar dari diri anak Adam, sesungguhnya apa yang dimakannya sudah bisa diketahui akan menjadi apakah dia.” (HR. Thobroni)

14. Mengagungkan hal-hal yang mulia di sisi Allah
Termasuk di dalamnya mengagungkan tempat-tempat suci, tidak menganggap kecil dosa-dosa.

15. Banyak melakukan ibadah-ibadah hati
Seperti cinta kepada Allah, berharap kepada-Nya, berbaik sangka dan bertawakkal kepada-Nya, ridha terhadap qadha-Nya, bersyukur terhadap nikmat-nikmat-Nya, dan sebagainya.

16. Banyak menghisab diri sendiri
Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)…. (QS. al-Hasyr [59]: 18)

17. Puncak dari semua yang tersebut di atas adalah berdo’a agar Allah selalu menjaga keimanannya




Ya Allah, kami memohon dengan Asma’ (Nama-nama) dan Sifat-sifat-Mu yang Tinggi agar Engkau berkenan memperbarui dan menyegarkan iman di dalam hati kami dan keluarga kami. Ya Allah, jadikanlah iman sebagai kunci dan hiasan di hati kami, jadikanlah kami benci terhadap kekufuran, jadikan kami termasuk orang yang mendapat petunjuk. Amiin.