Setelah Allah SWT menciptakan bumi dengan
gunung-gunungnya, laut-lautannya dan tumbuh – tumbuhannya, menciptakan langit
dengan mataharinya, bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan
malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah
menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para
rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah SWT untuk menciptakan sejenis
makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya,
mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah
ditakdirkan baginya.
Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah
SWT akan kehendak-Nya menciptakan makhluk lain itu, mereka khawatir kalau-kalau
kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu, disebabkan kelalaian mereka
dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan
tanpa disadari. Berkata mereka kepada Allah SWT : “Wahai Tuhan kami!Buat apa
Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami, padahal kami selalu bertasbih,
bertahmid, melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya, sedang
makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu, niscaya akan
bertengkar satu dengan lain, akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai
kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya, sehingga akan
terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu.”
Allah berfirman, menghilangkan kekhawatiran
para malaikat itu:
“Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku.Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah,karena Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya.”
“Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku.Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah,karena Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya.”
Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah SWT dari
segumpal tanah liat, kering dan lumpur hitam yang berbentuk. Setelah
disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan
berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna.
Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah
Allah seperti para malaikat yang lain, yang segera bersujud di hadapan Adam
sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi
dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta yang terpendam di
dalamnya. Iblis merasa dirinya lebih mulia, lebih utama dan lebih agung dari
Adam, karena ia diciptakan dari unsur api, sedang Adam dari tanah dan lumpur.
Kebanggaannya dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk
bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain, walaupun diperintah
oleh Allah.
Tuhan bertanya kepada Iblis : “Apakah yang
mencegahmu sujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?”
Iblis menjawab : “Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia. Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur.”
Iblis menjawab : “Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia. Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur.”
Karena kesombongan, kecongkakan dan
pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan, maka Allah menghukum Iblis
dengan mengusir dari syurga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan
disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga hari kiamat.
Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka.
Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik
hukuman Tuhan itu dan ia hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk
hidup kekal hingga hari kebangkitan kembali di hari kiamat. Allah meluluskan
permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan, tidak berterima
kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu, bahkan sebaliknya ia mengancam
akan menyesatkan Adam, sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan
dikeluarkannya dari barisan malaikat, dan akan mendatangi anak-anak
keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang
lurus dan bersamanya menempuh jalan yang sesat, mengajak mereka melakukan
maksiat dan hal-hal yang terlarang, menggoda mereka supaya melalaikan
perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan
beramal soleh.
Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang
terkutuk itu:
“Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka. Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah.”
“Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka. Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah.”
Allah hendak menghilangkan anggapan rendah
para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya
menunjuk Adam sebagai penguasa bumi, maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama
benda yang berada di alam semesta, kemudian diperagakanlah benda-benda itu di
depan para malaikat seraya: “Cobalah sebutkan bagi-Ku nama benda-benda itu, jika
kamu benar merasa lebih mengetahui dan lebih mengerti dari Adam.”
Para malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan
Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka.Mereka
mengakui ketidak-sanggupan mereka dengan berkata : “Maha Agung
Engkau! Sesungguhnya kami tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali
apa yang Tuhan ajakan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui
dan Maha Bijaksana.”
Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk
memberitahukan nama-nama itu kepada para malaikat dan setelah diberitahukan
oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka : “Bukankah Aku telah katakan padamu
bahawa Aku mengetahui rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu
lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.”
Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan
baginya diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya,
menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk
mengembangkan keturunan. Menurut cerita para ulama Hawa diciptakan oleh Allah
dari salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri diwaktu ia masih tidur
sehingga ketika ia terjaga, ia melihat Hawa sudah berada di sampingnya. ia
ditanya oleh malaikat : “Wahai Adam! Apa dan siapakah makhluk yang berada di
sampingmu itu?”
Berkatalah Adam : “Seorang
perempuan.”Sesuai dengan fitrah yang telah diilhamkan oleh Allah kepadanya”. ”
Siapa namanya? “ tanya malaikat lagi. “Hawa”, jawab Adam.“Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk ini?” ,tanya malaikat lagi.
Adam menjawab : “Untuk mendampingiku,memberi kebahagian bagiku dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah.”
Adam menjawab : “Untuk mendampingiku,memberi kebahagian bagiku dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah.”
Allah berpesan kepada Adam : “Tinggallah
engkau bersama isterimu di syurga,rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah
didalamnya, rasailah dan makanlah buah-buahan yang lazat yang terdapat di
dalamnya sepuas hatimu dan sekehendak nasfumu. Kamu tidak akan mengalami atau
merasa lapar, dahaga ataupun letih selama kamu berada di dalamnya. Akan tetapi
Aku ingatkan janganlah makan buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu
celaka dan termasuk orang-orang yang zalim. Ketahuilah bahawa Iblis itu adalah
musuhmu dan musuh isterimu,ia akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu
keluar dari syurga sehingga hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmat ini.”
Sesuai dengan ancaman
yang diucapkan ketika diusir oleh Allah dari Syurga akibat pembangkangannya dan
terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki terhadap Adam yang menjadi sebab
sampai ia terkutuk dan terlaknat selama-lamanya tersingkir dari singgasana
kebesarannya. Iblis mulai menunjukkan rancangan penyesatannya kepada Adam dan
Hawa yang sedang hidup berdua di syurga yang tenteram, damai dan bahagia.
Ia menyatakan kepada mereka bahawa ia adalah
kawan mereka dan ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan
mereka. Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan
kepercayaan Adam dan Hawa bahawa ia betul-betul jujur dalam nasihat dan
petunjuknya kepada mereka. Ia membisikan kepada mereka bahwa. Larangan Tuhan
kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena dengan memakan
buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal.
Diulang-ulangilah bujukannya dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang
dilarang indah bentuk buahnya dan lazat rasanya. Sehingga pada akhirnya
termakanlah bujukan yang halus itu oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan
Tuhan.
Allah mencela perbuatan mereka itu dan
berfirman yang artinya : “Tidakkah Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan
memakan dari buahnya dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu
adalah musuhmu yang nyata.”
Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu
sedarlah ia bahawa mereka telah terlanggar perintah Allah dan bahawa mereka
telah melakukan suatu kesalahan dan dosa besar. Seraya menyesal berkatalah
mereka : “Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami
sendiri dan telah melanggar perintah-Mu karena terkena bujukan Iblis. Ampunilah
dosa kami karena nescaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau
tidak mengampuni dan mengasihi kami.”
Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa
serta mengampuni perbuatan yang mereka telah lakukan, dan telah melegakan dada
mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan tentang
Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya yang manis namun
beracun itu.
Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah
menerima pengampunan Allah dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu
lagi oleh Iblis dan akan berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan
menimbulkan murka dan teguran Tuhan itu menjadi pelajaran bagi mereka berdua
untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis yang terlaknat
itu. Harapan untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar karena perbuatan
pelanggaran perintah Allah, hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa
yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan
terganggu oleh sesuatu dan bahawa ridha Allah serta rahmatnya akan tetap
melimpah di atas mereka untuk selama-lamanya. Akan tetapi Allah telah
menentukan dalam takdir-Nya apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak
terfikirkan oleh mereka. Allah SWT yang telah menentukan dalam takdir-nya
bahawa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk dikelolanya, akan dikuasai kepada
manusia keturunan Adam memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih
pertama dari hamba-hambanya yang bernama manusia itu. Berfirmanlah Allah kepada
mereka : “Turunlah kamu ke bumi sebagian daripada kamu menjadi
musuh bagi sebagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disan sampai
waktu yang telah ditentukan.”
Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara
hidup baru yang jauh berlainan dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan
yang tidak akan berulang kembali. Mereka harus menempuh hidup di dunia yang
fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka
ragam sifat dan tabiatnya berbeda-beda warna kulit dan kecerdasan otaknya. Umat
manusia yang akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa di
mana yang satu menjadi musuh yang lain saling bunuh-membunuh,
aniaya-menganianya dan tindas-menindas sehingga dari waktu ke waktu Allah
mengutus nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan
yang lurus penuh damai kasih sayang di antara sesama manusia jalan yang menuju
kepada ridha-Nya dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.
Al_Quran menceritakan kisah Adam dalam
beberapa surah di antaranya surah Al_Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah
Al_A’raaf ayat 11 sehingga 25.
Tidak banyak keterangan yang didpti tentang
kisah Nabi Idris di dalam Al-Quran mahupun dalam kitab-kitab Tafsir dan
kitab-kitab sejarah nabi-nabi.Di dalam Al-Quran hanya terdpt dua ayat tentang
Nabi Idris iaitu dalam surah Maryam ayat 56 dan 57:
“Dan ceritakanlah { hai Muhammad kepada mereka , kisah } Idris yang terdapat tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. 57 – Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” ( Maryam : 56 – 57 )
Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam putera dari Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam AS dan adalah keturunan pertama yang dikurniai kenabian menjadi Nabi setelah Adam dan Syith.
Nabi Idris menurut sementara riwayat bermukim di Mesir di mana ia berdakwah untuk agama Allah mengajarkan tauhid dan beribadat menyembah Allah serta membeeri beberapa pendoman hidup bagi pengikut-pengikutnya agar menyelamat diri darii seksaan di akhirat dan kehancuran serta kebinasaan di dunia. Ia hidup sampai usia 82 tahun.
“Dan ceritakanlah { hai Muhammad kepada mereka , kisah } Idris yang terdapat tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. 57 – Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” ( Maryam : 56 – 57 )
Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam putera dari Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam AS dan adalah keturunan pertama yang dikurniai kenabian menjadi Nabi setelah Adam dan Syith.
Nabi Idris menurut sementara riwayat bermukim di Mesir di mana ia berdakwah untuk agama Allah mengajarkan tauhid dan beribadat menyembah Allah serta membeeri beberapa pendoman hidup bagi pengikut-pengikutnya agar menyelamat diri darii seksaan di akhirat dan kehancuran serta kebinasaan di dunia. Ia hidup sampai usia 82 tahun.
Diantara beberapa nasihat dan kata-kata
mutiaranya ialah :
1 . Kesabaran yang disertai iman kepada Allah membawa kemenangan.
2 . Orang yang bahagia ialah orang yang berwaspada dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal solehnya.
3 . Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa maka ikhlaskanlah niatmu demikian pula puasa dan solatmu.
4 . Janganlah bersumpah dalam keadaan kamu berdusta dan janganlah menuntup sumpah dari orang yang berdusta agar kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa.
5 . Taatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesar-pembesarmu serta penuhilah selalu mulut-mulutmu dengan ucapan syukur dan puji kepada Allah.
6 . Janganlah iri hati kepada orang-orang yang baik nasibnya, karena mereka tidak akan banyak dan lama menikmati kebaikan nasibnya.
7 . Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan memuaskannya.
8 . Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya seorang tidak dpt bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehinya itu.
1 . Kesabaran yang disertai iman kepada Allah membawa kemenangan.
2 . Orang yang bahagia ialah orang yang berwaspada dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal solehnya.
3 . Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa maka ikhlaskanlah niatmu demikian pula puasa dan solatmu.
4 . Janganlah bersumpah dalam keadaan kamu berdusta dan janganlah menuntup sumpah dari orang yang berdusta agar kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa.
5 . Taatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesar-pembesarmu serta penuhilah selalu mulut-mulutmu dengan ucapan syukur dan puji kepada Allah.
6 . Janganlah iri hati kepada orang-orang yang baik nasibnya, karena mereka tidak akan banyak dan lama menikmati kebaikan nasibnya.
7 . Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan memuaskannya.
8 . Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya seorang tidak dpt bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehinya itu.
Dalam hubungan dengan firman Allah bahawa Nabi
Idris diangkat kemartabat tinggi Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan
bahawa Nabi Idris wafat tatkala berada di langit keempat dibawa oleh seorang
Malaikat Wallahu a’alam bissawab.
Nabi
Nuh AS adalah nabi keempat
sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya
adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.
Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah
dalam masa “fatrah” masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya
manusia secara beransur-ansur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang
meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan,
melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis. Demikianlah maka
kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang
di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung
yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan
yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan
kemalangan.berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka
mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama
yang silih berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka.Kadang-kadang
mereka namakan berhala mereka ” Wadd ” dan ” Suwa ” kadangkala ” Yaguts ” dan bila
sudah bosan digantinya dengan nama ” Yatuq ” dan ” Nasr “.
Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah
jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada
tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang
diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang
diajarkan oleh Syaitan dan Iblis.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar
melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari,
bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di
atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi
kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya
yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang
harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka
sendiri.Di samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada
ganjaran yang akan diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia iaitu
syurga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap
perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan
sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam
kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas
risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara
yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata
yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang
keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan
kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.
Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha
sekuat tenaganya berdakwah kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaan,
kecekapan dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang mahupun malam dengan
cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka ternyata hanya sedikit sekali
dari kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang
menurut sementara riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang. Mereka pun
terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah. Sedangkan orang
yang kaya-raya, berkedudukan tinggi dan terpandang dalam masyarakat, yang
merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak
mempercayai Nabi Nuh mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak merelakan melepas
agamanya dan kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka
berusaha dengan mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan menggagalkan
usaha dakwah Nabi Nuh.
Berkata mereka kepada Nabi Nuh:
“Bukankah
engkau hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda daripada kami sebagai
manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan seorang rasul yang membawa
perintah-Nya, nescaya Ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami
dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti
engkau hanya dapat diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para
buruh petani orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka
seperti sampah masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak
mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli
tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan
ajakanmu itu. Cuba agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau
sadurkan kepada kami itu betul-betul benar, nescaya kamilah dulu mengikutimu
dan bukannya orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu. kami sebagai
pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan
pandangan yang luas dan yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya,
tidaklah mudah kami menerima ajakanmu dan dakwahmu.Engkau tidak mempunyai
kelebihan di atas kami tentang soa-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup.kami
jauh lebih pandai dan lebih mengetahui daripada mu tentang hal itu
semua.nya.Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahawa engkau
adalah pendusta belaka.”
Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan
kaumnya:
“Adakah
engkau mengira bahwa aku dapat memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira
bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman
jika kamu tetap menolak ajakan ku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti
kebenaran dakwahku dan tetap mempertahankan pendirianmu yang tersesat yang
diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta-benda
yang kamu miliki.Aku hanya seorang manusia yang mendapat amanah dan diberi
tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap
berkeras kepala dan tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima agama
Allah yang diutuskan-Nya kepada ku maka terserahlah kepada Allah untuk
menentukan hukuman-Nya dan ganjaran-Nya keatas diri kamu. Aku hanya pesuruh dan
rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanah-Nya kepada
hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni
dosamu atau menurunkan azab dan seksaan-Nya di atas kamu sekalian jika Ia
kehendaki.Dialah pula yang berkuasa menurunkan seksa dan azab-nya di dunia atau
menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini,
Maha Kuasa ,Maha Mengetahui, maha pengasih dan Maha Penyayang.”.
Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:
“Wahai
Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat
kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu
yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamba-hamba sahaya itu. Usirlah
mereka dari pengaulanmu karena kami tidak dapat bergaul dengan mereka duduk
berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan
mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dapat menerima
satu agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan
pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang
yang miskin dan papa.”
Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan
berkata:
“Risalah
dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang
pandai mahupun yang bodoh, yang kaya mahupun miskin, majikan ataupun buruh
,diantara penguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat
yang sama terhadap agama dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi pensyaratan
kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu,
maka siapakah yang dapat ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang
ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan daripadaku orang-orang yang
telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di
kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku
dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan
bagaimanakah aku dapat mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku kepada
mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahawa aku telah membalas kesetiaan
dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu
dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dpt diterima oleh
akal dan fikiran yang sihat. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang bodoh
dan tidak berfikiran sihat.
Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya
lagi mengingkari kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan
hujjah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka: “Wahai
Nabi Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta
mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu
dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga
tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan bertegang
lidah dengan kami. Datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati
janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu
dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap
meragukan dakwahmu.”
Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya
selama sembilan ratus lima puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan,
mengajak mereka meninmggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan
beribadah kepada Allah Yang maha Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang
sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum
syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya, mengangkat darjat
manusia yang tertindas dan lemah ke tingkat yang sesuai dengan fitrah dan
qudratnya dan berusaha menghilangkan sifat-sifat sombong dan bongkak yang
melekat pada para pembesar kaumnya dan medidik agar mereka berkasih sayang,
tolong-menolong diantara sesama manusia. Akan tetapi dalam waktu yang cukup
lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyedarkan dan menarik kaumnya untuk
mengikuti dan menerima dakwahnya beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah
kecuali sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang,
walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya dan sekuat
tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan
dan cercaan makian kaumnya, karena ia mengharapkan akan datang masanya di mana
kaumnya akan sedar diri dan datang mengakui kebenarannya dan kebenaran
dakwahnya. Harapan Nabi Nuh akan kesedaran kaumnya ternyata makin hari makin
berkurangan dan bahawa sinar iman dan takwa tidak akan menebus ke dalam hati
mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan Iblis.
“Sesungguhnya
tidak akan seorang daripada kaumnya mengikutimu dan beriman kecuali mereka yang
telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka janganlah engkau bersedih hati
karena apa yang mereka perbuatkan.” Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi
Nuh dari kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada Allah agar
menurunkan Azab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu seraya berseru:”Ya
Allah! Janganlah Engkau biarkan seorang pun daripada orang-orang kafir itu
hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu,
jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan
menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir spt
mereka.”
Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan
permohonannya diluluskan dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan
kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam.
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat
sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka
mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk maksud tersebut, kemudian dengan
mengambil tempat di luar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan
rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembinaan kapal yang
diperintahkan itu. Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya,
agar dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan pembinaan
kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan cemuhan kaumnya yang kebetulan
atau sengaja melalui tempat kerja membina kapal itu. Mereka mengejek dan
mengolok-olok dengan mengatakan: “Wahai Nuh! Sejak kapan engkau telah menjadi
tukang kayu dan pembuat kapal?Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut
pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal. Dan
kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu
untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menarik kapalmu
ke laut?” Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap
dingin dan tersenyum seraya menjawab:”Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika
kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kelak
bagi kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk apa kapal yang
kami siapkan ini.Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa atas diri
kamu.”
Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang
merupakan alat pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari
Allah : “Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba
perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda daripada-Ku maka segeralah angkut
bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap
jenis makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku.” Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur
dari bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi
banjir besar melanda seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah
mahupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat
berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah
terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan
oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.
Dengan iringan “Bismillahi majraha wa mursaha”
belayarlah kapal Nabi Nuh dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin
yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri
kapal terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang
menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia
menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu. Tatkala Nabi Nuh
berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat orang-orang
kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-tiba
terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama “Kan’aan” timbul
tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak menaruh belas kasihan kepada
orang-orang yang sedang menerima hukuman Allah itu. Pada saat itu, tanpa
disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap putera
kandungnya yang berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang.
Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara
hati kecilnya berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya:Wahai
anakku! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah
engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari
bahaya maut yang engkau menjalani hukuman Allah.” Kan’aan, putera Nabi Nuh,
yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang
sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya
yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang:”Biarkanlah aku dan
pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu aku
akan dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang
tidak akan dijangkau oleh air bah ini.”
Nuh menjawab:”Percayalah bahawa tempat
satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di
atas kapal ini. Masa tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman
Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan
keampunan-Nya.” Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan’aan
disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya,
tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya dan
pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.
Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas
kematian puteranya dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah.
Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah:”Ya Tuhanku, sesungguhnya
puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bahagian dari keluargaku dan
sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha
Berkuasa.”Kepadanya Allah berfirman:”Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu
tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu,
melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang
kafir daripada kaummu.Coretlah namanya dari daftar keluargamu.Hanya mereka yang
telah menerima dakwahmu mengikuti jalan mu dan beriman kepada-Ku dapat engkau
masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan
perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya.Adapun orang-orang yang
mengingkari risalah mu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya
dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah
Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau
sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan
janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh.”
Nabi Nuh sedar segera setelah menerima teguran
dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa
akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya
sendiri. Ia sedar bahawa ia tersesat pada saat ia memanggil puteranya untuk
menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah
yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada
Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda. Ia sangat
sesalkan kelalaian dan kealpaannya itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun
dan maghfirahnya dengan berseru :“Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari
godaan syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku
menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak
memberi ampun dan maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi
orang yang rugi.”
Setelah air bah itu
mencapai puncak keganasannya dan habis
binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah,
surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit
” Judie ” dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh : “Turunlah
wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan selamat
dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang
menyertaimu.”
Nabi Nuh turun dari perahunya dan ia
melepaskan burung-burung dan binatang-binatang buas sehingga mereka menyebar ke
bumi. Setelah itu, orang-orang mukmin juga tumbuhan. Nabi Nuh meletakkan
dahinya ke atas tanah dan bersujud. Saat itu bumi masih basah karena pengaruh
topan. Nabi Nuh bangkit setelah salatnya dan menggali pondasi untuk membangun tempat
ibadah yang agung bagi Allah SWT. Orang-orang yang selamat menyalakan api dan
duduk-duduk di sekelilinginya. Menyalakan api sebelumnya di larang di dalam
perahu karena dikhawatirkan api akan menyentuh kayu-kayunya dan membakarnya.
Tak seorang pun di antara mereka yang memakan makanan yang hangat selama masa
topan.
Berlalulah hari puasa sebagai tanda syukur
kepada Allah SWT. Al-Qur’an tidak lagi menceritakan kisah Nabi Nuh setelah
topan sehingga kita tidak mengetahui bagaimana peristiwa yang dialami Nabi Nuh
bersama kaumnya. Yang kita ketahui atau yang perlu kita tegaskan bahwa Nabi Nuh
mewasiatkan kepada putra-putranya saat ia meninggal agar mereka hanya menyembah
Allah SWT.
Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh, kaum Hud
ialah suku Aad ini adalah penghidupan rohaninya tidak mengenal Allah Yang Maha
Kuasa Pencipta alam semesta. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama ”
Shamud” dan ” Alhattar” dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang menurut
kepercayaan mereka dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta
dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah. Ajaran dan agama Nabi
Idris dan Nabi Nuh sudah tidak berbekas dalam hati, jiwa serta cara hidup
mereka sehari-hari. Kenikmatan hidup yang mereka sedang tenggelam di dalamnya
berkat tanah yang subur dan menghasilkan yang melimpah ruah menurut anggapan
mereka adalah karunia dan pemberian kedua berhala mereka yang mereka sembah.
Karenanya mereka tidak putus-putus sujud kepada kedua berhala itu mensyukurinya
sambil memohon perlindungannya dari segala bahaya dan musibah berupa penyakit
atau kekeringan.
“Aad” adalah nama suatu suku yang hidup di
jazirah Arab di suatu tempat bernama “Al-Ahqaf” terletak di utara Hadramaut atr
Yaman dan Umman dan termasuk suku yang tertua sesudak kaum Nabi Nuh serta
terkenal dengan kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh-tubuh yang besar. Mereka
dikurniai oleh Allah tanah yang subur dengan sumber-sumber airnya yang mengalir
dari segala penjuru sehingga memudahkan mereka bercocok tanam untuk bahan
makanan mereka dan memperindah tempat tinggal mereka dengan kebun-kebun bunga
yang indah-indah. Berkat kurnia Tuhan itu mereka hidup menjadi makmur,
sejahtera dan bahagia serta dalam waktu yang singkat mereka berkembang biak dan
menjadi suku yang terbesar diantara suku-suku yang hidup di sekelilingnya.
Sebagai akibat dan buah dari aqidah yang sesat
itu pergaulan hidup mereka menjadi dikuasai oleh tuntutan dan pimpinan Iblis,
di mana nilai-nilai moral dan akhlak tidak menjadi dasar penimbangan atau
kelakuan dan tindak-tanduk seseorang tetapi kebendaan dan kekuatan lahiriahlah
yang menonjol sehingga timbul kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang di dalam
masyarakat di mana yang kuat menindas yang lemah yang besar memperkosa yang
kecil dan yang berkuasa memeras yang di bawahnya. Sifat-sifat sombong, congkak,
iri-hati, dengki, hasut dan benci-membenci yang didorong oleh hawa nafsu
merajalela dan menguasai penghidupan mereka sehingga tidak memberi tempat
kepada sifat-sifat belas kasihan, sayang menyayang, jujur, amanat dan rendah
hati. Demikianlah gambaran masyarakat suku Aad tatkala Allah mengutuskan Nabi
Hud sebagai nabi dan rasul kepada mereka.
Sudah menjadi sunnah Allah sejak diturunkannya
Adam Ke bumi bahawa dari masa ke semasa jika hamba-hamba-Nya sudah berada dalam
kehidupan yang sesat sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran agama yang dibawa
oleh Nabi-nabi-Nya diutuslah seorang Nabi atau Rasul yang bertugas untuk
menyegarkan kembali ajaran-ajaran nabi-nabi yang sebelumnya mengembalikan
masyarakat yang sudah tersesat ke jalanlurus dan benar dan mencuci bersih jiwa
manusiadari segala tahayul dan syirik menggantinya dan mengisinya dengan iman
tauhid dan aqidah yang sesuia dengan fitrah.
Demikianlah maka kepada suku Aad yang telah
dimabukkan oleh kesejahteraan hidup dan kenikmatan duniawi sehingga tidak
mengenalkan Tuhannya yang mengurniakan itu semua. Di utuskan kepada mereka Nabi
Hud seorang drp suku mereka sendiri dari keluarga yang terpandang dan
berpengaruh terkenal sejak kecilnya dengan kelakuan yang baik budi pekerti yang
luhur dan sgt bijaksana dalam pergaulan dengan kawan-kawannya.
Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku Aad kepada tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam sekeliling mereka dan bahawa Allahlah yang mencipta mereka semua dan memberikan mereka dengan segala kenikmatan hidup yang berupa tanah yang subur, air yang mengalir serta tubuh-tubuhan yang tegak dan kuat. Dialah yang seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka perbuat sendiri. Mereka sebagai manusia adalah makhluk Tuhan paling mulia yang tidak sepatutnya merendahkan diri sujud menyembah batu-batu yang sewaktunya dapat mereka hancurkan sendiri dan memusnahkannya dari pandangan.
Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku Aad kepada tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam sekeliling mereka dan bahawa Allahlah yang mencipta mereka semua dan memberikan mereka dengan segala kenikmatan hidup yang berupa tanah yang subur, air yang mengalir serta tubuh-tubuhan yang tegak dan kuat. Dialah yang seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka perbuat sendiri. Mereka sebagai manusia adalah makhluk Tuhan paling mulia yang tidak sepatutnya merendahkan diri sujud menyembah batu-batu yang sewaktunya dapat mereka hancurkan sendiri dan memusnahkannya dari pandangan.
Di terangkan oleh Nabi Hud bahawa dia adalah
pesuruh Allah yang diberi tugas untuk membawa mereka ke jalan yang benar
beriman kepada Allah yang menciptakan mereka menghidup dan mematikan mereka
memberi rezeki atau mencabutnya dari mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan
menuntut balas jasa atas usahanya memimpin dan menuntut mereka ke jalan yang
benar. Ia hanya menjalankan perintah Allah dan memperingatkan mereka bahawa
jika mereka tetap menutup telinga dan mata mereka menghadapi ajakan dan
dakwahnya mereka akan ditimpa azab dan dibinasakan oleh Allah sebagaimana
terjadinya atas kaum Nuh yang mati binasa tenggelam dalam air bah akibat
kecongkakan dan kesombongan mereka menolak ajaran dan dakwah Nabi Nuh seraya
bertahan pada pendirian dan kepercayaan mereka kepada berhala dan patung-patung
yang mereka sembah dan puja itu.
Bagi kaum Aad seruan dan dakwah Nabi Hud itu
merupakan barang yang tidak pernah mereka dengar ataupun menduga. Mereka
melihat bahawa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah sama sekali
cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat yang telah mereka
kenal dan warisi dari nenek moyang mereka. Mereka tercengang dan merasa heran
bahawa seorang dari suku mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara
hidup mereka dan menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang
baru yang mereka tidak kenal dan tidak dapat dimengertikan dan diterima oleh
akal fikiran mereka. Dengan serta-merta ditolaklah oleh mereka dakwah Nabi Hud
itu dengan berbagai alasan dan tuduhan kosong terhadap diri beliau serta
ejekan-ejekan dan hinaan yang diterimanya dengan kepala dingin dan penuh
kesabaran.
Berkatalah kaum Aad kepada Nabi Hud:“Wahai Hud! Ajaran dan
agama apakah yang engkau hendak anjurkan kepada kami? Engkau ingin agar kami
meninggalkan persembahan kami kepada tuhan-tuhan kami yang berkuasa ini dan
menyembah tuhan mu yang tidak dapat kami jangkau dengan pancaindera kami dan
tuhan yang menurut kata kamu tidak bersekutu. Cara persembahan yang kami
lakukan ini ialah yang telah kami warisi dari nenek moyang kami dan tidak
sesekali kami tidak akan meninggalkannya bahkan sebaliknya engkaulah yang
seharusnya kembali kepada aturan nenek moyangmu dan jgn mencederai kepercayaan
dan agama mereka dengan membawa suatu agama baru yang tidak kenal oleh mereka
dan tentu tidak akan direstuinya.
“Wahai
kaumku! jawab Nabi Hud, Sesungguhnya Tuhan yang aku serukan ini kepada kamu
untuk menyembah-Nya walaupun kamu tidak dapat menjangkau-Nya dengan
pancainderamu namun kamu dapat melihat dam merasakan wujudnya dalam diri kamu
sendiri sebagai ciptaannya dan dalam alam semesta yang mengelilingimu beberapa
langit dengan matahari bulan dan bintang-bintangnya bumi dengan
gunung-ganangnya sungai tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang kesemuanya
dapat bermanfaat bagi kamu sebagai manusia. Dan menjadi kamu dapat menikmati
kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Tuhan itulah yang harus kamu sembah dan
menundukkan kepala kamu kepada-Nya.Tuhan Yang Maha Esa tiada bersekutu tidak
beranak dan diperanakan yang walaupun kamu tidak dapat menjangkau-Nya dengan
pancainderamu, Dia dekat daripada kamu mengetahui segala gerak-geri dan tingkah
lakumu mengetahui isi hati mu denyut jantungmu dan jalan fikiranmu. Tuhan
itulah yang harus disembah oleh manusia dengan kepercayaan penuh kepada
KeEsaan-Nya dan kekuasaan-Nya dan bukan patung-patung yang kamu perbuat pahat
dan ukir dengan tangan kamu sendiri kemudian kamu sembah sebagai tuhan padahal
ia suatu barang yang pasif tidak dapat berbuat sesuatu yang menguntungkan atau
merugikan kamu. Alangkah bodohnya dan dangkalnya fikiranmu jika kamu tetap
mempertahankan agamamu yang sesat itu dan menolak ajaran dan agama yang telah
diwahyukan kepadaku oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa itu.”
“Wahai
Hud!” jawab kaumnya,“Gerangan apakah yang
menjadikan engkau berpandangan dan berfikiran lain daripada yang sudah menjadi
pegangan hidup kami sejak dahulu kala dan menjadikan engkau meninggalkan agama
nenek moyangmu sendiri bahkan sehingga engkau menghina dan merendahkan martabat
tuhan-tuhan kami dan memperbodohkan kami dan menganggap kami berakal sempit dan
berfikiran dangkal? Engkau mengaku bahwa engkau terpilih menjadi rasul pesuruh
oleh Tuhanmu untuk membawa agama dan kepercayaan baru kepada kami dan mengajak
kami keluar dari jalan yang sesat menurut pengakuanmu ke jalan yang benar dan
lurus. Kami merasa hairan dan tidak dapat menerima oleh akal kami sendiri bahwa
engkau telah dipilih menjadi pesuruh Tuhan. Apakah kelebihan kamu di atas
seseorang daripada kami, engkau tidak lebih tidak kurang adalah seorang manusia
biasa seperti kami hidup makan minum dan tidur tiada bedanya dengan kami,
mengapa engkau yang dipilih oleh Tuhanmu? Sungguh engkau menurut anggapan kami
seorang pendusta besar atau mungkin engkau berfikiran tidak sihat terkena
kutukan tuhan-tuhan kami yang selalu engkau ejek hina dan cemoohkan.”
“Wahai
kaumku!” jawab Nabi Hud, “aku bukanlah
seorang pendusta dan fikiran ku tetap waras dan sihat tidak kurang sesuatu pun
dan ketahuilah bahwa patung-patungmu yang kamu pertuhankan itu tidak dapat
mendatangkan sesuatu gangguan atau penyakit bagi badanku atau fikiranku. Kamu
kenal aku, sejak lama aku hidup di tengah-tengah kamu bahawa aku tidak pernah
berdusta dan bercakap bohong dan sepanjang pergaulanku dengan kamu tidak pernah
terlihat pada diriku tanda-tanda ketidak wajaran perlakuanku atau tanda-tanda
yang meragukan kewarasan fikiranku dan kesempurnaan akalku. Aku adalah benar
pesuruh Allah yang diberi amanat untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada
hamba-hamba-Nya yang sudah tersesat kemasukan pengaruh ajaran Iblis dan sudah
jauh menyimpang dari jalan yang benar yang diajar oleh nabi-nabi yang terdahulu
karena Allah tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya terlalu lama terlantar dalam
kesesatan dan hidup dalam kegelapan tanpa diutuskan seorang rasul yang menuntun
mereka ke jalan yang benar dan penghidupan yang diredhai-Nya. Maka percayalah kamu
kepada ku gunakanlah akal fikiran kamu berimanlah dan bersujudlah kepada Allah
Tuhan seru sekalian alam Tuhan yang menciptakan kamu menciptakan langit dan
bumi menurunkan hujan bagi menyuburkan tanah ladangmu, menumbuhkan tumbuh
tumbuhan bagi meneruskan hidupmu. Bersembahlah kepada-Nya dan mohonlah ampun
atas segala perbuatan salah dan tindakan sesatmu, agar Dia menambah rezekimu
dan kemakmuran hidupmu dan terhindarlah kamu dari azab dunia sebagaimana yang
telah dialami oleh kaum Nuh dan kelak azab di akhirat. Ketahuilah bahawa kamu
akan dibangkitkan kembali kelak dari kubur kamu dan dimintai bertanggungjawab
atas segala perbuatan kamu di dunia ini dan diberi ganjaran sesuai dengan
amalanmu yang baik dan soleh mendapat ganjaran baik dan yang hina dan buruk
akan diganjarkan dengan api neraka. Aku hanya menyampaikannya risalah Allah
kepada kamu dan dengan ini telah memperingati kamu akan akibat yang akan
menimpa kepada dirimu jika kamu tetap mengingkari kebenaran dakwahku.”
Kaum Aad menjawab: “Kami bertambah
yakin dan tidak ragu lagi bahawa engkau telah mendapat kutukan tuhan-tuhan kami
sehingga menyebabkan fikiran kamu kacau dan akalmu berubah menjadi sinting.
Engkau telah mengucapkan kata-kata yang tidak masuk akal bahwa jika kami
mengikuti agamamu, akan bertambah rezeki dan kemakmuran hidup kami dan bahawa
kami akan dibangkitkan kembali dari kubur kami dan menerima segala ganjaran
atas segala amalan kami.Adakah mungkin kami akan dibangkitkan kembali dari
kubur kami setelah kami mati dan menjadi tulang-belulang. Dan apakah azab dan
seksaan yang engkau selalu menakut-nakuti kami dan mengancamkannya kepada kami?
Semua ini kami anggap kosong dan ancaman kosong belaka. Ketahuilah bahwa kami
tidak akan menyerah kepadamu dan mengikuti ajaranmu karena bayangan azab dan
seksa yang engkau bayang-bayangkannya kepada kami bahkan kami menentang
kepadamu datangkanlah apa yang engkau janjikan dan ancamkan itu jika engkau
betul-betul benar dalam kata-katamu dan bukan seorang pendusta.”
“Baiklah!”, jawab Nabi Hud,” Jika kamu meragukan
kebenaran kata-kataku dan tetap berkeras kepala tidak menghiraukan dakwahku dan
meninggalkan persembahanmu kepada berhala-berhala itu maka tunggulah saat
tibanya pembalasan Tuhan di mana kamu tidak akan dapat melepaskan diri dari
bencananya. Allah menjadi saksiku bahwa aku telah menyampaikan risalah-Nya
dengan sepenuh tenagaku kepada mu dan akan tetap berusaha sepanjang hayat
kandung bandaku memberi penerangan dan tuntunan kepada jalan yang baik yang
telah digariskan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya.”
Pembalasan Tuhan terhadap kaum Aad yang kafir
dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua peringkat. Tahap pertama berupa
kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mereka, sehingga
menimbulkan kecemasan dan kegelisahan, kalau-kalau mereka tidak memperolehi
hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebunnya seperti biasanya.Dalam keadaan demikian
Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahawa kekeringan itu adalah suatu
permulaan seksaan dari Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih lagi memberi
kesempatan kepada mereka untuk sadar akan kesesatan dan kekafiran mereka dan
kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mereka yang bathil
kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun
kembali dengan lebatnya dan terhindar mereka dari bahaya kelaparan yang
mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mau percaya dan menganggap janji Nabi
Hud itu adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon
perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.
Tantangan mereka terhadap janji Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Hud segera mendapat jawapan dengan datangnya pembalasan
tahap kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang
tebal di atas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena
dikiranya bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami
kebun-kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan.
Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan nada mengejek: “Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah ku janjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta.
Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan nada mengejek: “Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah ku janjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta.
Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang
diramalkan oleh Nabi Hud itu bahawa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal
itu tetapi angin taufan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang
mencemaskan yang telah merusakkan bangunan-bangunan rumah dari dasarnya membawa
berterbangan semua perabot-perabot dan milik harta benda dan melempar jauh
binatang-binatang ternak. Keadaan kaum Aad menjadi panik mereka berlari kesana
sini hilir mudik mencari perlindungan .Suami tidak tahu di mana isterinya
berada dan ibu juga kehilangan anaknya sedang rumah-rumah menjadi sama rata
dengan tanah. Bencana angin taufan itu berlangsung selama lapan hari tujuh
malam sehingga sempat menyampuh bersih kaum Aad yang congkak itu dan menamatkan
riwayatnya dalam keadaan yang menyedihkan itu untuk menjadi pengajaran dan
ibrah bagi umat-umat yang akan datang.
Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang
beriman telah mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya
yang kacau balau dan tenang seraya melihat keadaan kaumnya yang kacau bilau
mendengar gemuruhnya angin dan bunyi pohon-pohon dan bangunan-bangunan yang
berjatuhan serta teriakan dan tangisan orang yang meminta tolong dan mohon
perlindungan.
Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah
” Al-Ahqaf ” sudah menjadi sunyi senyap dari kaum Aad pergilah Nabi Hud
meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, di mana ia tinggal menghabiskan
sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana dimana hingga sekarang
makamnya yang terletak di atas sebuah bukit di suatu tempat lebih kurang 50 km
dari kota Siwun dikunjungi para penziarah yang datang beramai-ramai dari
sekitar daerah itu, terutamanya dan bulan Sya’ban pada setiap tahun.
Kisah Nabi Hud diceritakan oleh 68 ayat dalam
10 surah di antaranya surah Hud, ayat 50 hingga 60 , surah ” Al-Mukminun ” ayat
31 sehingga ayat 41 , surah ” Al-Ahqaaf ” ayat 21 sehingga ayat 26 dan surah ”
Al-Haaqqah ” ayat 6 ,7 dan 8.
Tsamud adalah nama
suatu suku yang oleh sementara ahli sejarah dimasukkan bahagian dari bangsa
Arab dan ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam bangsa Yahudi. Mereka
bertempat tinggal di suatu dataran bernama ” Alhijir ” terletak antara Hijaz
dan Syam yang dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai suku Aad yang telah habis
binasa disapu angin taufan yang di kirim oleh Allah sebagai pembalasan atas
pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud AS
Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan
alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh kaum Aad telah diwarisi oleh kaum
Tsamud. Tanah-tanah yang subur yang memberikan hasil berlimpah ruah,
binatang-binatang perahan dan lemak yang berkembang biak, kebun-kebun bunga yag
indah-indah, bangunan rumah-rumah yang didirikan di atas tanah yang datar dan
dipahatnya dari gunung. Semuanya itu menjadikan mereka hidup tenteram
,sejahtera dan bahagia, merasa aman dari segala gangguan alamiah dan bahawa
kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan mereka.
Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan Mereka
adalah berhala-berhala yang mereka sembah dan puja, kepadanya mereka berqurban,
tempat mereka minta perlindungan dari segala bala dan musibah dan mengharapkan
kebaikan serta kebahagiaan. Mereka tidak dapat melihat atau memikirkan lebih
jauh dan apa yang dapat mereka jangkau dengan panca indera.
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya berada dalam kegelapan terus-menerus
tanpa diutusnya nabi pesuruh disisi-Nya untuk memberi penerangan dan memimpin
mereka keluar dari jalan yang sesat ke jalan yang benar. Demikian pula Allah
tidak akan menurunkan azab dan siksaan kepada suatu umat sebelum mereka
diperingatkan dan diberi petunjuk oleh-Nya dengan perantara seorang yang
dipilih untuk menjadi utusan dan rasul-Nya. Sunnatullah ini berlaku pula kepada
kaum Tsamud, yang kepada mereka telah diutuskan Nabi Saleh seorang yang telah
dipilih-Nya dari suku mereka sendiri, dari keluarga yang terpandang dan
dihormati oleh kaumnya, terkenal tangkas, cerdik pandai, rendah hati dan
ramah-tamah dalam pergaulan.
Dikenalkan mereka oleh Nabi Saleh kepada Tuhan
yang sepatut mereka sembah, Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang telah mencipta
mereka, menciptakan alam sekitar mereka, menciptakan tanah-tanah yang subur
yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup mereka, mencipta
binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi mereka dan dengan
demikian memberi kepada mereka kenikmatan dan kemewahan hidup dan kebahagiaan
lahir dan batin.Tuhan Yang Esa itulah yang harus mereka sembah dan bukan
patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu gunung yang tidak
berkuasa memberi sesuatu kepada mereka atau melindungi mereka dari ketakutan dan
bahaya.
Nabi Saleh memperingatkan mereka bahwa ia
adlah seorang daripada mereka, terjalin antara dirinya dan mereka ikatan
keluarga dan darah. Mereka adalah kaumnya dan sanak keluarganya dan dia adalah
seketurunan dan sesuku dengan mereka.Ia mengharapkan kebaikan dan kebajikan
bagi mereka dan sesekali tidak akan menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang
akan membawa kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan bagi mereka. Ia menerangkan
kepada mereka bahwa ianya adalah pesuruh dan utusan Allah, dan apa yang diajarkan
dan didakwahkan kepada mereka adalah amanat Allah yang harus dia sampaikan
kepada mereka untuk kebaikan mereka semasa hidup mereka dan sesudah mereka mati
di akhirat kelak. Ia mengharapkan kaumnya mempertimbangkan dan memikirkan
sungguh-sungguh apa yang ia serukan dan anjurkan dan agar mereka segera
meninggalkan persembahan kepada berhala-berhala itu dan percaya beriman kepada
Allah Yang Maha Esa seraya bertaubat dan mohon ampun kepada-Nya atas dosa dan
perbuatan syirik yang selama ini telah mereka lakukan.Allah maha dekat kepada
mereka mendengarkan doa mereka dan memberi ampun kepada yang salah bila
dimintanya.
Terperanjatlah kaum Saleh mendengar seruan dan
dakwahnya yang bagi mereka merupakan hal yang baru yang tidak diduga akan
datang dari saudara atau anak mereka sendiri.Maka serentak ditolaklah ajakan
Nabi Saleh itu seraya berkata mereka kepadanya : “Wahai Saleh! Kami mengenalmu seorang
yang pandai, tangkas dan cerdas, fikiranmu tajam dan pendapat serta semua
pertimbangan mu selalu tepat. Pada dirimu kami melihat tanda-tanda kebajikan
dan sifat-sifat yang terpuji. Kami mengharapkan dari engkau sebetulnya untuk
memimpinkami menyelesaikan hal-hal yang rumit yang kami hadapi, memberi
petunjuk dalam soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi ikutan dan
kepercayaan kami di kala kami menghadapi krisis dan kesusahan. Akan tetapi
segala harapan itu menjadi meleset dan kepercayaan kami kepadamu tergelincir
hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi adat-istiadat
dan tatacara hidup kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami? Engkau
menghendaki agar kami meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang kami,
persembahan dan agama yang telah menjadi darah daging kami menjadi sebahagian
hidup kami sejak kami dilahirkan dan tetap menjadi pegangan untuk
selama-lamanya.Kami sesekali tidak akan meninggalkannya karena seruanmu dan
kami tidak akan mengikutimu yang sesat itu. Kami tidak mempercayai cakap-cakap
kosongmu bahkan meragukan kenabianmu. Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang
kami dengan meninggalkan persembahan mereka dan mengikuti jejakmu.”
Nabi Saleh memperingatkan mereka agar jangan menentangnya dan agar mengikuti ajakannya beriman kepada Allah yang telah mengurniai mereka rezeki yang luas dan penghidupan yang sejahtera. Diceritakan kepada mereka kisah kaum-kaum yang mendapat siksa dan azab dari Allah karena menentang rasul-Nya dan mendustakan risalah-Nya. Hal yang serupa itu dapat terjadi di atas mereka jika mereka tidak mahu menerima dakwahnya dan mendengar nasihatnya, yang diberikannya secara ikhlas dan jujur sebagai seorang anggota dari keluarga besar mereka dan yang tidak mengharapkan atau menuntut upah daripada mereka atas usahanya itu. Ia hanya menyampaikan amanat Allah yang ditugaskan kepadanya dan Allah lah yang akan memberinya upah dan ganjaran untuk usahanya memberi pimpinan dan tuntutan kepada mereka.
Nabi Saleh memperingatkan mereka agar jangan menentangnya dan agar mengikuti ajakannya beriman kepada Allah yang telah mengurniai mereka rezeki yang luas dan penghidupan yang sejahtera. Diceritakan kepada mereka kisah kaum-kaum yang mendapat siksa dan azab dari Allah karena menentang rasul-Nya dan mendustakan risalah-Nya. Hal yang serupa itu dapat terjadi di atas mereka jika mereka tidak mahu menerima dakwahnya dan mendengar nasihatnya, yang diberikannya secara ikhlas dan jujur sebagai seorang anggota dari keluarga besar mereka dan yang tidak mengharapkan atau menuntut upah daripada mereka atas usahanya itu. Ia hanya menyampaikan amanat Allah yang ditugaskan kepadanya dan Allah lah yang akan memberinya upah dan ganjaran untuk usahanya memberi pimpinan dan tuntutan kepada mereka.
Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang
kebanyakkan terdiri dari orang-orang yang kedudukan sosial lemah menerima
dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya sedangkan sebagian yang terbesar
terutamanya mereka yang tergolong orang-orang kaya dan berkedudukan tetap
berkeras kepala dan menyombongkan diri menolak ajakan Nabi Saleh dan
mengingkari kenabiannya dan berkata kepadanya : ” Wahai Saleh! Kami kira bahwa
engkau telah kerasukan syaitan dan terkena sihir.Engkau telah menjadi sinting
dan menderita sakit gila. Akalmu sudah berubah dan fikiranmu sudah kacau
sehingga engkau dengan tidak sedar telah mengeluarkan kata-kata ucapan yang
tidak masuk akal dan mungkin engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku
bahwa engkau telah diutuskan oleh Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah
kelebihanmu daripada kami semua sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal
ada orang-orang di antara kami yang lebih patut dan lebih cakap untuk menjadi
nabi atau rasul daripada engkau. Tujuanmu dengan bercakap kosong dan
kata-katamu hanyalah untuk mengejar kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala
dan pemimpin bagi kaummu. Jika engkau merasa bahwa engkau sihat badan dan sihat
fikiran dan mengaku bahwa engkau tidak mempunyai arah dan tujuan yang
terselubung dalam dakwahmu itu maka hentikanlah usahamu menyiarkan agama barumu
dengan mencerca persembahan kami dan nenek moyangmu sendiri. Kami tidak akan
mengikuti jalanmu dan meninggalkan jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang
tua kami lebih dahulu”
Nabi Saleh menjawab: “Aku telah berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu apapun daripada mu sebagai imbalan atas usahaku memberi tuntunandan penerangan kepada kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini yang aku lakukan semata-mata atas perintah Allah dan daripada-Nya kelak aku harapkan balasan dan ganjaran untuk itu. Dan bagaimana aku dapat mengikutimu dan menterlantarkan tugas dan amanat Tuhan kepadaku, padahal aku talah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas kebenaran dakwahku.Jgnlah sesekali kamu harapkan bahawa aku akan melanggar perintah Tuhanku dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk melanjutkan persembahan nenek moyang kami yang bathil itu. Siapakah yang akan melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya kamu hanya akan merugikan dan membinasakan aku dengan seruanmu itu.”
Setelah gagal dan berhasil menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya ia bahkan makin giat menarik orang-orang mengikutinya dan berpihak kepadanya para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus dakwahnya yang makin lama makin mendapat perhatian terutama dari kalangan bawah dan menengah dalam masyarakat. Mereka menentang Nabi Saleh dan untuk membuktikan kebenaran kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.
Nabi Saleh menjawab: “Aku telah berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu apapun daripada mu sebagai imbalan atas usahaku memberi tuntunandan penerangan kepada kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini yang aku lakukan semata-mata atas perintah Allah dan daripada-Nya kelak aku harapkan balasan dan ganjaran untuk itu. Dan bagaimana aku dapat mengikutimu dan menterlantarkan tugas dan amanat Tuhan kepadaku, padahal aku talah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas kebenaran dakwahku.Jgnlah sesekali kamu harapkan bahawa aku akan melanggar perintah Tuhanku dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk melanjutkan persembahan nenek moyang kami yang bathil itu. Siapakah yang akan melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya kamu hanya akan merugikan dan membinasakan aku dengan seruanmu itu.”
Setelah gagal dan berhasil menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya ia bahkan makin giat menarik orang-orang mengikutinya dan berpihak kepadanya para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus dakwahnya yang makin lama makin mendapat perhatian terutama dari kalangan bawah dan menengah dalam masyarakat. Mereka menentang Nabi Saleh dan untuk membuktikan kebenaran kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.
Nabi Saleh sadar bahawa tentangan kaumnya yang
menuntut bukti daripadanya berupa mukjizat itu adalah bertujuan hendak
menghilangkan pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di mata kaumnya
terutama para pengikutnya bila ia gagal memenuhi tentangan dan tuntutan mereka.
Nabi Saleh membalas tentangan mereka dengan menuntut janji dengan mereka bila
ia berhasil mendatangkan mukjizat yang mereka minta bahwa mereka akan
meninggalkan agama dan persembahan mereka dan akan mengikuti Nabi Saleh dan
beriman kepadanya.
Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka
kaum Tsamud berdoalah Nabi Saleh memohon kepada Allah agar memberinya suatu
mukjizat untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan
perlawanan dan tentangan kaumnya yang masih berkeras kepala itu. Ia memohon
dari Allah dengan kekuasaan-Nya menciptakan seekor unta betina dikeluarkannya
dari perut sebuah batu karang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang
mereka tunjuk.
Maka kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta betina.
Maka kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta betina.
Dengan menunjuk kepada binatang yang baru
keluar dari perut batu besar itu berkatalah Nabi Saleh kepada mereka:” Inilah
dia unta Allah, janganlah kamu ganggu dan biarkanlah ia mencari makanannya
sendiri di atas bumi Allah ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air minum dan
kamu mempunyai giliran untuk mendptkan minum bagimu dan bagi ternakmu juga dan
ketahuilah bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya bila kamu sampai mengganggu
binatang ini.”
Kemudian berkeliaranlah
unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya tanpa mendpt gangguan. Dan
ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke sebuah perigi yang diberi
nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan pada hari-hari giliran unta
Nabi Saleh itu datang minum tiada seekor binatang lain berani menghampirinya,
hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada pemilik-pemilik binatang itu yang
makin hari makin merasakan bahwa adanya unta Nabi Saleh di tengah-tengah mereka
itu merupakan gangguan laksana duri yang melintang di dalam kerongkong.
Dengan berhasilnya Nabi Saleh mendatangkan
mukjizat yang mereka tuntut gagallah para pemuka kaum Tsamud dalam usahanya
untuk menjatuhkan kehormatan dan menghilangkan pegaruh Nabi Saleh bahkan
sebaliknya telah menambah tebal kepercayaan para pengikutnya dan menghilang
banyak keraguan dari kaumnya. Maka dihasutlah oleh mereka pemilik-pemilik
ternak yang merasa jengkel dan tidak senang dengan adanya unta Nabi Saleh yang
merajalela di ladang dan kebun-kebun mereka serta ditakuti oleh
binatang-binatang peliharaannya.
Persekongkolan
diadakan oleh orang-orang dari kaum Tsamud untuk mengatur rancangan pembunuhan
unta Nabi Saleh. Dan selagi orang masih dibayangi oleh rasa takut dari azab
yang diancam oleh Nabi Saleh bila untanya diganggu di samping adanya dorongan
keinginan yang kuat untuk melenyapkan binatang itu dari atas bumi mereka,
muncullah tiba-tiba seorang janda bangsawan yang kaya raya menawarkan akan
menyerah dirinya kepada siapa yang dapat membunuh unta Saleh. Di samping janda
itu ada seorang wanita lain yang mempunyai beberapa puteri cantik-cantik
menawarkan akan menghadiahkan salah seorang dari puteri-puterinya kepada orang
yang berhasil membunuh unta itu.
Dua macam hadiah yang menggiurkan dari kedua
wanita itu di samping hasutan para pemuka Tsamud mengundang dua orang lelaki
bernama Mushadda’ bin Muharrij dan Gudar bin Salif berkemas-kemas akan
melakukan pembunuhan untuk meraih hadiah yang dijanjikan di samping sanjungan dan pujian yang akan
diterimanya dari para kafir suku Tsamud bila unta Nabi Saleh telah mati
dibunuh.
Dengan bantuan tujuh
orang lelaki lagi bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat di mana biasanya
di lalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempat ia minum. Dan begitu
unta-unta yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah betisnya oleh Musadda’ yang
disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di perutnya.
Dengan perasaan megah dan bangga pergilah para
pembunuh unta itu ke ibukota menyampaikan berita matinya unta Nabi Saleh yang
mendapat sambutan sorak-sorai dan teriakan gembira dari pihak musyrikin
seakan-akan mereka kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan yang
gemilang.
Berkata mereka kepada
Nabi Saleh : “Wahai Saleh! Untamu telah mati dibunuh, cobalah datangkan
akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jika
engkau betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam kata-katanya.”
Nabi Saleh menjawab : “Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah talah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu.Kamu telah menentang Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya. Janji Allah tidak akan meleset. Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah dan taqdir-Nya yang tidak dpt ditunda atau dihalang.”
Ada kemungkinan menurut sementara ahli tafsir bahwa Allah melalui rasul-Nya Nabi Saleh memberi waktu tiga hari itu untuk memberi kesempatan, kalau-kalau mereka sadar akan dosanya dan bertaubat minta ampun serta beriman kepada Nabi Saleh kepada risalahnya.
Nabi Saleh menjawab : “Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah talah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu.Kamu telah menentang Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya. Janji Allah tidak akan meleset. Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah dan taqdir-Nya yang tidak dpt ditunda atau dihalang.”
Ada kemungkinan menurut sementara ahli tafsir bahwa Allah melalui rasul-Nya Nabi Saleh memberi waktu tiga hari itu untuk memberi kesempatan, kalau-kalau mereka sadar akan dosanya dan bertaubat minta ampun serta beriman kepada Nabi Saleh kepada risalahnya.
Akan tetapi dalam
kenyataannya tempo tiga hari itu bahkan menjadi bahan ejekan kepada Nabi Saleh
yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu dan tidak usah
ditangguhkan tiga hari lagi.
Nabi Saleh memberitahu kaumnya bahwa azab
Allah yang akan menimpa di atas mereka akan didahului dengan tanda-tanda, yaitu
pada hari pertama bila mereka terbangun dari tidurnya akan menemui wajah mereka
menjadi kuning dan berubah menjadi merah pada hari kedua dan hitam pada hari
ketiga dan pada hari keempat turunlah azab Allah yang pedih.
Mendengar ancaman azab
yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaumnya kelompok sembilan orang ialah
kelompok pembunuh unta merancang pembunuhan atas diri Nabi Saleh mendahului
tibanya azab yang diancamkan itu. Mereka mengadakan pertemuan rahasia dan bersumpah
bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan itu di waktu malam, di saat
orang masih tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas darah oleh keluarga
Nabi Saleh, jika diketahui identitas mereka sebagai pembunuhnya. Rancangan
mereka ini dirahasiakan sehingga tidak diketahui dan didengar oleh siapa pun
kecuali kesembilan orang itu sendiri.
Ketika mereka datang ke tempat Nabi Saleh bagi
melaksanakan rancangan jahatnya di malam yang gelap-gulita dan sunyi-senyap
berjatuhanlah di atas kepala mereka batu-batu besar yang tidak diketahui dari
arah mana datangnya dan yang seketika merebahkan mereka di atas tanah dalam
keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah Allah telah melindungi rasul-Nya dari
perbuatan jahat hamba-hamba-Nya yang kafir.
Satu hari sebelum hari
turunnya azab yang telah ditentukan itu, dengan izin Allah berangkatlah Nabi
Saleh bersama para mukminin pengikutnya menuju Ramlah, sebuah tempat di
Palestina, meninggalkan Hijir dan penghuninya, kaum Tsamud habis binasa,
ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan.
Kisah Nabi Saleh diceritakan oleh 72 ayat
dalam 11 surah di antaranya surah Al-A’raaf, ayat 73 hingga 79 , surah ” Hud ”
ayat 61 sehingga ayat 68 dan surah ” Al-Qamar ” ayat 23 sehingga ayat 32.
Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar {Tarih} bin
Tahur bin Saruj bin Rau’ bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin
Saam bin Nuh A.S. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama “Faddam A’ram” dalam
kerajaan “Babylon” yang pada waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama
“Namrud bin Kan’aan.”
Kerajaan Babylon pada masa itu termasuk
kerajaan yang makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup
sandang maupun pandangan serta saranan-saranan yang menjadi keperluan
pertumbuhan jasmani mereka. Akan tetapi tingkatan hidup rohani mereka masih
berada di tingkat jahiliyah. Mereka tidak mengenal
Tuhan Pencipta mereka yang telah mengaruniakan mereka dengan segala kenikmatan
dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mereka adalah patung-patung yang mereka
pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur dan tanah.
Raja mereka Namrud bin Kan’aan menjalankan
tampuk pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak.Semua kehendaknya
harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak
dapat dilanggar atau di tawar. Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya
itu dan kemewahan hidup yang berlebih-lebihan yang ia nikmati lama-kelamaan
menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Ia merasakan dirinya
patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan. Ia berfikir jika rakyatnya mau dan
rela menyembah patung-patung yang terbina dari batu yang tidak dapat memberi
manfaat dan mendatangkan kebahagiaan bagi mereka, mengapa bukan dialah yang
disembah sebagai tuhan.Dia yang dapat berbicara, dapat mendengar, dapat
berfikir, dapat memimpin mereka, membawa kemakmuran bagi mereka dan melepaskan
dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dapat mengubah orang miskin menjadi
kaya dan orang yang hina-dina diangkatnya menjadi orang mulia. Di samping itu
semuanya, ia adalah raja yang berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.
Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian
buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja
sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calon Rasul dan pesuruh Allah
yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya, jauh-jauh telah diilhami
akal sihat dan fikiran tajam serta kesedaran bahwa apa yang telah diperbuat
oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan
kebodohan dan kedangkalan fikiran dan bahwa persembahan kaumnya kepada
patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang harus diberantas dan diperangi
agar mereka kembali kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.
Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati
hendak memerangi syirik dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat
kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya,
menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang
mungkin sekali mangganggu fikirannya dengan memohon kepada Allah agar
diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang
sudah mati. Berserulah ia kepada Allah : “Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku
bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati.” Allah menjawab seruannya dengan berfirman :”Tidakkah engkau
beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku ” Nabi Ibrahim menjawab : “Betul, wahai
Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun
aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat
ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kokouh
keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu.”
Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahgian tubuh-tubuh burung itu, lalu memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang sudak hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain.
Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahnyalah Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bagian tubuh burung dari bagian yang lain.
Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahgian tubuh-tubuh burung itu, lalu memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang sudak hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain.
Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahnyalah Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bagian tubuh burung dari bagian yang lain.
Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah
berterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti
sediakala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya lalu
hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata
kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali
makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang
tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi
Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan
di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada
sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya dan
hanya kata “Kun” yang difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang
dikehendaki ” Fayakun”.
Aazar, ayah Nabi Ibrahim tidak terkecuali
sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala. Bahkan ia adalah
pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan darinya
orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan. Nabi Ibrahim merasa
bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang
lain ialah menyadarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa
kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang
sesat dan bodoh.Beliau merasakan bahwa bakti kepada ayahnya mewajibkannya
memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan
mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Semasa remajanya
Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya
namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia
tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia
menawarkan patung-patung ayahnya kepada calon pembeli dengan kata-kata : “Siapakah
yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini? “
Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut
ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang
halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah
sebagai nabi dan rasul dan bahawa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan
ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah
lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti
lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna
sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah
kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada
berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran syaitan yang memang menjadi musuh
kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya
agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari
berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan
semua makhluk yang dihidupkan memberi mereka rezeki dan kenikmatan hidup serta
menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.
Aazar menjadi merah mukanya dan melotot
matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yyang ditanggapinya
sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam
dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan
kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak
menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang
kasar dan dalam maki namun seakan-akan tidak ada hunbungan diantara mereka. Ia
berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: “Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau
dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan
kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau
membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku.Jika engkau tidak menghentikan
penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan
memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku
tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah
engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau.”
Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seraya berkata : “Oh ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu.” Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih dan prihati karena tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kufur.
Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seraya berkata : “Oh ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu.” Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih dan prihati karena tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kufur.
Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya
menyadarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya karena ia sebagai
putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar
terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu
adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar
ayahnya mendapat hidayah ,bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah
keinginan dan usahanya. Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang
kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan
melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya
untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan
kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah
dan Rasul-Nya
Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap
kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang
mereka anut dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahwa bila mereka sudah tidak
berdaya menilai dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan
oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan mereka
maka dalil dan alasan yang usanglah yang mereka kemukakan yaitu bahwa mereka
hanya meneruskan apa yang oleh bapak-bapak dan nenek moyang mereka dilakukan
dan sesekali mereka tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah
mereka warisi.
Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa tidak
bermanfaat lagi berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang berkepala batu
dan yang tidak mau menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan
oleh beliau dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahwa mereka tidak
akan menyimpang dari cara persembahan nenek moyang mereka, walaupun oleh Nabi
Ibrahim dinyatakan berkali-kali bahwa mereka dan bapak-bapak mereka keliru dan
tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis. Nabi Ibrahim kemudian merancang
akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mereka
lihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung
mereka betul-betul tidak berguna bagi mereka dan bahkan tidak dapat
menyelamatkan dirinya sendiri.
Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan
penduduk kerajaan Babylon bahwa setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai
pada suatu hari raya yang mereka anggap sebagai keramat. Berhari-hari mereka
tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkemah dengan membawa bekalan
makanan dan minuman yang cukup. Mereka bersuka ria dan bersenang-senang sambil
meninggalkan kota-kota mereka kosong dan sunyi. Mereka berseru dan mengajak
semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati
hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta berlagak
berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mereka merasa khawatir bahwa penyakit
Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mereka
bila ia turut serta.
“Inilah
dia kesempatan yang ku nantikan,” kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari
penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang
berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan
membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya
yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan
patung-patung yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk
kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung
berkata Nabi Ibrahim, mengejek : “Mengapa kamu tidak makan makanan yang lazat yang
disajikan bagi kamu ini?. Jawablah aku dan berkata-katalah kamu.”
Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya
berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar
ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak
Nabi Ibrahim itu.
Terperanjat dan terkejutlah para penduduk,
tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan
patung-patung, tuhan-tuhan mereka hancur berantakan dan menjadi
potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang
lain dengan nada heran dan takjub : “Gerangan siapakah yang telah berani
melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan
mereka ini?” Berkata salah seorang
diantara mereka : “Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok
dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan
perbuatan yang berani ini.” Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata : “Bahkan
dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya orang yang tinggal di
kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu.” Selidik punya selidik, akhirnya terdapat
kepastian yyang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan
memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai membicarakan kejadian
yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang tidak dapat diampuni terhadap
kepercayaan dan persembahan mereka. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar
dari segala penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab
dalam suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut
serta menyaksikannya.
Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi
Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga
masyarakat dapat turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat
secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mereka yang bathil dan sesat
itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, kalau
diantara yang hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka hatinya bagi iman
dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan.Hari pengadilan ditentukan dan datang
rakyat dari segala pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang
disediakan bagi sidang pengadilan itu.
Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para
hakim yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan
dan cercaan, menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau
yang telah berani menghancurkan persembahan mereka. Ditanyalah Nabi Ibrahim
oleh para hakim :” Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan
merusakkan tuhan-tuhan kami?” Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab:” Patung besar yang
berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Coba tanya saja kepada
patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya.” Para hakim penanya terdiam sejenak seraya
melihat yang satu kepada yang lain dan berbisik-bisik, seakan-akan Ibrahim yang
mengandungi ejekan itu. Kemudian berkata si hakim:” Engkaukan tahu
bahwa patung-patung itu tidak dapat bercakap dan berkata mengapa engkau minta
kami bertanya kepadanya?” Tibalah masanya yang
memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim,maka sebagai jawaban atas pertanyaan yang
terakhir itu beliau berpidato membentangkan kebathilan persembahan mereka,yang
mereka pertahankan mati-matian, semata-mata hanya karena adat itu adalah
warisan nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim itu:” Jika demikian
halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak
dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau
menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan
kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu!
Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sihat bahwa persembahan kamu
adalah perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh syaitan. Mengapa kamu
tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu
dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina
dinanya kamu dengan persembahan kamu itu.”
Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya iut, para hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mereka, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu:” Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu , jika kamu benar-benar setia kepadanya.”
Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya iut, para hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mereka, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu:” Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu , jika kamu benar-benar setia kepadanya.”
Keputusan mahkamah telah dijatuhakan.Nabi
Ibrahim harus dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar
dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan
disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat
pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya
dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bagian membawa kayu
bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan
mereka yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.
Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala
penjuru kota membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan
mereka. Di antara terdapat para wanita yang hamil dan orang yang sakit yang
membawa sumbangan kayu bakarnya dengan harapan memperolehi barakah dari
tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi yang
hamil di kala ia bersalin.Setelah terkumpul kayu bakar di lanpangan yang
disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksan sebuah
bukit, berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman
atas diri Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang
dahsyat yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya
uap yang ditimbulkan oleh api yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan
terbelenggu, Nabi Ibrahim didatangkan dan dari atas sebuah gedung yang tinggi
dilemparkanlah ia kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan
firman Allah:” Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi
Ibrahim.”
Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan tawakkal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan korban keganasan orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.
Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan tawakkal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan korban keganasan orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.
Para penonton upacara pembakaran heran
tercenggang tatkala melihat Nabi Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam
dan menjadi abu itu dalam keadaan selamat, utuh dengan pakaiannya yang tetap
berda seperti biasa, tidak ada tanda-tanda sentuhan api sedikit jua pun. Mereka
bersurai meninggalkan lapangan dalam keadaan heran seraya bertanya-tanya pada
diri sendiri dan di antara satu sama lain bagaimana hal yang ajaib itu berlaku,
padahal menurut anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah nyata mendurhakai
tuhan-tuhan yang mereka puja dan sembah.Ada sebahagian dari mereka yang dalam
hati kecilnya mulai meragui kebenaran agama mereka namun tidak berani
melahirkan rasa ragu-ragunya itu kepada orang lain, sedang para pemuka dan para
pemimpin mereka merasa kecewa dan malu, karena hukuman yang mereka jatuhkan ke
atas diri Nabi Ibrahim dan kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar selama
berminggu-minggu telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mereka merasa malu
kepada Nabi Ibrahim dan para pengikutnya.
Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t.
kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah
menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap
persembahan dan patung-patung mereka dan membuka mata hati banyak daripada
mereka untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak
kurang daripada mereka yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun
khawatir akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan
balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang
akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah beralih ke pihak Nabi Ibrahim.
Sarah wafat dalam usia lanjut, dan dimakamkan
di gua ladang Makhpela, dekat Hebron, yang telah dibeli Ibrahim. Ibrahim juga
dimakamkan di sini. Berabad-abad kemudian makam ini menjadi tempat kunjungan
agama dan umat Islam membangun Masjid Ibrahim di tempat ini.
Nabi Luth adalah anak saudara dari Nabi
Ibrahim. Ayahnya yang bernama Hasan bin Tareh adalah saudara sekandung dari
Nabi Ibrahim. Ia beriman kepada bapa saudaranya Nabi Ibrahim mendampinginya
dalam semua perjalanan dan sewaktu mereka berada di Mesir berusaha bersama
dalam bidang perternakan yang berhasil dengan baik binatang ternaknya
berkembang biak sehingga dalam waktu yang singkat jumlah yang sudah berlipat
ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat yang disediakan. Akhirnya harta Ibrahim-Luth
dipecah dan binatang ternak serta harta milik perusahaan mereka di bahagi dan
berpisahlah Luth dengan Ibrahim pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah
tempat bernama Sadum.
Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah
tingkat moralnya, rusak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai
kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran merajalela dalam
pergaulan hidup mereka. Pencurian dan perampasan harta milik merupakan kejadian
hari-hari di mana yang kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban
penindasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang
menjadi ciri khas hidup mereka adalah perbuatan homoseks {liwat} di kalangan
lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya. Kedua jenis kemungkaran ini begitu
merajalela di dalam masyarakat sehingga merupakan suatu kebudayaan bagi kaum
Sadum.
Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak
akan selamat dari diganggu oleh mereka. Jika ia membawa barang-barang yang
berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak
menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu
seorang lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi
rebutan di antara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya
jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak
wanitanya pula.
Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa
keruntuhan moralnya dan sedemikian parah penyakit sosialnya diutuslah nabi Luth
sebagai pesuruh dan Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan
,kejahilan dan kesesatan serta membawa mereka alam yang bersih ,bermoral dan
berakhlak mulia. Nabi Luth mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah
meninggalkan kebiasaan mungkar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan
kejahatan yang diilhamkan oleh iblis dan syaitan. Ia memberi penerang kepada
mereka bahwa Allah telah mencipta mereka dan alam sekitar mereka tidak meredhai
amal perbuatan mereka yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan tidak sesuai
dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bahwa Allah akan memberi ganjaran setimpal
dengan amal kebajikan mereka. Yang berbuat baik dan beramal soleh akan diganjar
dengan syurga di akhirat sedang yang melakukan perbuatan mungkar akan di
balaskannya dengan memasukkannya ke dalam neraka Jahanam.
Nabi Luth berseru kepada mereka agar
meninggalkan adat kebiasaan yaitu melakukan perbuatan homoseks dan lesbian
karena perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati nurani manusia serta
menyalahi hikmah yang terkandung didalam penciptaan manusia menjadi dua jenis
iaitu lelaki dan wanita. Juga kepada mereka di beri nasihat dan dianjurkan
supaya menghormati hak dan milik masing-masing dengan meninggalkan perbuatan
perampasan, perompakan serta pencurian yang selalu mereka lakukan di antara
sesama mereka dan terutama kepada pengunjung yang datang ke Sadum. Diterangkan
bahwa perbuatan-perbuatan itu akan merugikan mereka sendiri, karena akan
menimbulkan kekacauan dan ketidak amanan di dalam negeri sehingga masing-masing
dari mereka tidak merasa aman dan tenteram dalam hidupnya.
Demikianlah Nabi Luth melaksanakan dakwahnya
sesuai dengan tugas risalahnya.Ia tidak henti-henti menggunakan setiap
kesempatan dan dalam tiap pertemuan dengan kaumnya secara berkelompok atau
secara berseorangan mengajak agak mereka beriman dan percaya kepada Allah
menyembah-Nya melakukan amal soleh dan meninggalkan perbuatan maksiat dan
mungkar. Akan tetapi keruntuhan moral dan kerusakan akhlak sudah berakar sangat
di dalam pergaulan hidup mereka dan pengaruh hawa nafsu dan penyesatan syaitan
sudah begitu kuat menguasai tindak-tanduk mereka, maka dakwah dan ajakkan Nabi
Luth yyang dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan tidak mendapat tanah
yang subur di dalam hati dan fikiran mereka dan berlalu laksana suasana
teriakan di tengah-tengah padang pasir .Telinga-telinga mereka sudah menjadi
pekak bagi ajaran-ajaran Nabi Luth sedang hati dan fikiran mereka sudah
tersumbat rapat dengan ajaran -ajaran syaitan dan iblis.
Akhirnya kaum Luth merasa dan kesal hati
mendengar dakwah dan nasihat-nasihat Nabi Luth yang tidak putus-putus itu dan
minta agar ia menghentikan aksi dakwahnya atau menghadapi pengusir dirinya dari
sadum bersama semua keluarganya. dari pihak Nabi Luth pun sudah tidak ada
harapan lagi masyarakat Sadum dapat terangkat dari lembah kesesatan dan
keruntuhan moral mereka dan bahawa meneruskan dakwah kepada mereka yang sudah
buta-tuli hati dan fikiran serta mensia-siakan masa.
Obat satu-satunya, menurut fikiran Nabi Luth
untuk mencegah penyakit akhlak itu yang sudah parah itu menular kepada
tetangga-tetangga dekatnya, ialah dengan membasmi mereka dari atas bumi sebagai
pembalasan ke atas terhadap kekerasan kepala mereka juga untuk menjadi ibrah
dan pengajaran umat-umat disekelilingnya. beliau memohon kepada Allah agar
kepada kaumnya masyarakat Sadum diberi pengajaran berupa azab di dunia sebelum
azab yang menanti mereka di akhirat kelak.
Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan
dan dikabulkan oleh Allah SWT Dikirimkanlah kepadanya tiga orang malaikat
menyamar sebagai manusia biasa.Mereka adalah malaikat yang bertamu kepada Nabi
Ibrahim dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq, dan
memberitahu kepada mereka bahwa dia adalah utusan Allah dengan tugas menurunkan
azab kepada kaum Luth penduduk kota Sadum. Dalam kesempatan pertemuan mana Nabi
Ibrahim telah mohon agar penurunan azab keatas kaum Sadum ditunda ,kalau-kalau
mereka kembali sadar mendengarkan dan mengikuti ajakan Luth serta bertaubat
dari segala maksiat dan perbuatan mungkar. Juga dalam pertemuan itu Nabi
Ibrahim mohon agar anaksaudaranya, Luth diselamatkan dari azab yang akan
diturunkan keatas kaum Sadum permintaan mana oleh para malaikat itu diterima
dan dijamin bahwa Luth dan keluarganya tidak akan terkena azab.
Para malaikat itu sampai di Sadum dengan
menyamar sebagai lelaki remaja yang berparas tampan dan bertubuh yang elok dan
bagus. Dalam perjalanan mereka hendak memasuki kota, mereka berselisih dengan
seorang gadis yang cantik dan ayu sedang mengambil dari sebuah perigi. Para
malaikat atau lelaki remaja itu bertanya kepada si gadis kalau-kalau mereka
diterima ke rumah sebagai tetamu. Si gadis tidak berani memberi keputusan
sebelum ia beruding terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka ditngglkanlah para
lelaki remaja itu oleh si gadis seraya ia pulang ke rumah cepat-cepat untuk
memberitahu ayahnya.
Si ayah iaitu Nabi Luth sendiri mendengar
lapuran puterinya menjadi binggung jawapan apa yang harus ia berikan kepada
para pendatang yang ingin bertamu ke rumahnya untuk beberapa waktu, namun
menerima tamu-tamu remaja yang berparas tampan dan kacak akan mengundang risiko
gangguan kepadanya dan kepada tamu-tamunya dari kaumnya yang tergila-gila oleh
remaja-remaja yang mempunyai tubuh bagus dan wajah elok. Sedang kalau hal yang
demikian itu terjadi ia sebagai tuan rumah harus bertanggungjawab terhadap
keselamatan tamunya, padahal ia merasa bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi
kaumnya yang bengis-bengis dan haus maksiat itu.
Timbang punya timbang dan fikir punya fikir
akhirnya diputuskan oleh Nabi Luth bahwa ia akan menerima mereka sebagai tamu
di rumahnya apa pun yang akan terjadi sebagai akibat keputusannya ia pasrahkan
kepada Allah yang akan melindunginya. Lalu pergilah ia sendiri menjemput
tamu-tamu yang sedang menanti di pinggir kota dan diajaklah mereka bersama-sama
ke rumah pada saat kota Sadum sudah diliputi kegelapan dan manusianya sudah
nyenyak tidur di rumah masing-masing.
Nabi Luth berusah dab berpesan kepada isterinya dan kedua puterinya agar merahsiakan kedatangan tamu-tamu, jangan sampai terdengar dan diketahui oleh kaumnya. Akan tetapi isteri Nabi Luth yang memang sehaluan dan sependirian dengan penduduk Sadum telah membocorkan berita kedatangan para tamu dan terdengarlah oleh pemuka-pemuka mereka bahwa Luth ada tetamu terdiri daripada remaja-remaja yang tampan parasnya dan memiliki tubuh yang sangat menarik bagi para penggemar homoseks.
Nabi Luth berusah dab berpesan kepada isterinya dan kedua puterinya agar merahsiakan kedatangan tamu-tamu, jangan sampai terdengar dan diketahui oleh kaumnya. Akan tetapi isteri Nabi Luth yang memang sehaluan dan sependirian dengan penduduk Sadum telah membocorkan berita kedatangan para tamu dan terdengarlah oleh pemuka-pemuka mereka bahwa Luth ada tetamu terdiri daripada remaja-remaja yang tampan parasnya dan memiliki tubuh yang sangat menarik bagi para penggemar homoseks.
Terjadilah apa yang dikhawatirkan oleh Nabi
Luth. Begitu tersiar dari mulut ke mulut berita kedatangan tamu-tamu remaja di
rumah Luth, berdatanglah mereka ke rumahnya untuk melihat para tamunya dan
memuaskan nafsunya. Nabi Luth tidak membuka pintu bagi mereka dan berseru agar
mereka kembali ke rumah masing-masing dan jgn menggunggu tamu-tamu yang
datangnya dari jauh yang sepatutnya dihormati dan dimuliakan .Mereka diberi
nasihat agar meninggalkan adat kebiasaan yang keji itu yang bertentangan dengan
fitrah manusia dan kudrat alam di mana Tuhan telah menciptakan manusia
berpasangan antara lelaki dengan perempuan untuk menjaga kelangsungan
perkembangan umat manusia sebagai makhluk yang termulia di atas bumi. nabi Luth
berseru agar mereka kembali kepada isteri-isteri mereka dan meninggalkan
perbuatan maksiat dan mungkar yang tidak senonoh, sebelum mereka dilanda azab
dan siksaan Allah.
Seruan dan nasihat-nasihat Nabi Luth
dihiraukan dan dipedulikan ,mereka bahkan mendesak akan menolak pintu rumahnya
dengan paksa dan kekerasan kalau pintu tidak di buka dengan sukarela. Merasa
bahwa dirinya sudah tidak berdaya untuk menahan arus orang-orang penyerbu dari
kaumnya itu yang akan memaksakan kehendaknya dengan kekerasan berkatalah Nabi
Luth secara terus terang kepada para tamunya:” Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi menahan
orang-orang itu menyerbu ke dalam .Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan
fisik yang dapat menolak kekerasan mereka , tidak pula mempunyai keluarga atau
sanak saudara yang disegani mereka yang dapat aku mintai pertolongannya, maka
aku merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalaukan
gangguan terhadap tamu-tamuku dirumahku sendiri.”
Begitu Nabi Luth selesai mengucapkan keluh-kesahnya para tamu segera mengenalkan diri kepadanya dan memberi identitinya, bahawa mereka adalah malaikat-malaikat yang menyamar sebagai manusia yang bertamu kepadanya dan bahwa mereka datang ke Sadum untuk melaksanakan tugas menurunkan azab dan siksa atas rakyatnya yang membangkang dan enggan membersihkan masyarakatnya dari segala kemungkaran dan kemaksiat yang keji dan kotor.Kepad Nabi Luth para malaikat itu menyarankan agar pintu rumahnya dibuka lebar-lebar untuk memberi kesempatan bagi orang -orang yang haus homoseks itu masuk. Namun malangnya apabila pintu dibuka dan para penyerbu menindakkan kaki untuk masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mereka dan tidak dapat melihat sesuatu. mereka mengusap-usap mata, tetapi ternyata sudah menjadi buta.
Begitu Nabi Luth selesai mengucapkan keluh-kesahnya para tamu segera mengenalkan diri kepadanya dan memberi identitinya, bahawa mereka adalah malaikat-malaikat yang menyamar sebagai manusia yang bertamu kepadanya dan bahwa mereka datang ke Sadum untuk melaksanakan tugas menurunkan azab dan siksa atas rakyatnya yang membangkang dan enggan membersihkan masyarakatnya dari segala kemungkaran dan kemaksiat yang keji dan kotor.Kepad Nabi Luth para malaikat itu menyarankan agar pintu rumahnya dibuka lebar-lebar untuk memberi kesempatan bagi orang -orang yang haus homoseks itu masuk. Namun malangnya apabila pintu dibuka dan para penyerbu menindakkan kaki untuk masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mereka dan tidak dapat melihat sesuatu. mereka mengusap-usap mata, tetapi ternyata sudah menjadi buta.
Sementara para penyerbu rumah Nabi Luth berada
dalam keadaan kacau balau berbentur antara satu dengan lain berteriak-teriak
menanya-nanya gerangan apa yang menjadikan mereka buta dengan mendadak para
berseru kepada Nabi Luth agar meninggalkan segera perkampungan itu bersam
keluarganya, karena masanya telah tiba bagi azab Allah yang akan ditimpakan.
Para malaikat berpesan kepada Nabi Luth dan keluarganya agar perjalanan ke luar
kota jangan seorang pun dari mereka menoleh ke belakang.
Nabi Luth keluar dari rumahnya sehabis tengah
malam, bersama keluarganya terdiri dari seorang isteri dan dua puterinya
berjalan cepat menuju keluar kota, tidak menoleh ke kanan maupun kekiri sesuai
dengan petunjuk para malaikat yang menjadi tamunya.Akan tetapi si isteri yang
menjadi musuh dalam selimut bagi Nabi Luth tidak tega meninggalkan kaumnya. Ia
berada dibelakang rombongan Nabi Luth berjalan perlahan-lahan tidak secepat
langkah suaminya dan tidak henti-henti menoleh ke belakang karena ingin
mengetahui apa yang akan menimpa atas kaumnya, seakan-akan meragukan kebenaran
ancaman para malaikat yang telah didengarnya sendiri. Dan begitu langkah Nabi
Luth berserta kedua puterinya melewati batas kota Sadum, sewaktu fajar
menyingsing, bergetarlah bumi dengan dahsyatnya di bawah kaki rakyat Sadum,
tidak terkecuali isteri Nabi Luth yang munafiq itu. Getaran itu mendahului
suatu gempa bumi yang kuat dan hebat disertai angin yang kencang dan hujan batu
yang menghancurkan dengan serta-merta kota Sadum berserta semua penghuninya
.Demikianlah mukjizat dan ayat Allah yang diturunkan untuk menjadi pengajaran
bagi hamba-hamba-Nya yang mendatang.
Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada
85 ayat dalam 12 surah diantaranya surah “Al-Anbiyaa” ayat 74 dan 75 , surah
“Asy-Syu’ara” ayat 160 sehingga ayat 175 , surah “Hud” ayat 77 sehingga ayat 83
, surah “Al-Qamar” ayat 33 sehingga 39 dan surah “At-Tahrim” ayat 10.
No comments:
Post a Comment