Pages

Wednesday, May 29, 2013

Profil Tgk ABU PANTON

 Tgk H Ibrahim Bardan yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Panton, seorang ulama kharismatik di Provinsi Aceh. Ulama kelahiran Matang Jeulikat Kecamatan Seunuddon Kabupaten Aceh Utara pada 1945 Belum bisa mengecap dunia pendidikan umum berawal dari dibakarnya Sekolah Rakyat (SR) setempat, tempat di mana ia mengeynam pendidikan pertama pada 1953, oleh pihak yang berkonflik saat itu. Akibatnya tidak ada lagi pendidikan di kecamatan Seunuddon, namun anak-anak usia sekolah di daerah itu beruntung dapat belajar mengaji dari janda-janda tua dan imam meunasah (mushalla) setempat. “Saat itu saya tidak memiliki cita-cita karena kalau menjadi guru akan dibunuh sementara menjadi ulama juga dikejar-kejar,” katanya. Ia mengaku hidup dalam keadaan trauma akibat konflik bersenjata, setiap kali diantar untuk belajar mengaji ke dayah-dayah (pesantren) di Aceh selalu merasakan konflik.
“Sekarang saya juga belum merasa damai meskipun kesepakatan (MoU) damai sudah ditandatangani. Hati saya masih berdebar-debar, khawatir kapan akan terjadi lagi konflik . Ia sempat berkeinginan menuntut ilmu di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar Raniry pada 1963, Meskipun tidak mengeyam pendidikan formal, Abu Panton menjadi sosok berpengaruh yang berkiprah luas dengan kegiatan padat mulai dari memberi ceramah keagamaan dan diskusi ilmiah bahkan diundang menjadi peserta dan pembicara seminar baik di tingkat nasional maupun internasional. Walaupun Beliau belum pernah mengecap dunia pendidikan Umum, Abu Panton pernah menulis sebuah buku “Resolusi Konflik Dalam Islam”. Dari orasinya, tergambar Abu Panton sangat akrab dengan persoalan- persoalan konflik. 


Pengalaman masa kecilnya mengenai konflik tahun 1953 yang begitu segar diingatnya dan ditutur sebagaimana aslinya. Sehingga audien seperti melihat bagaimana pedihnya nasib anak bangsa ini  ketika itu. Anak-anak generasi muda kehilangan harapan, para orangtua hidup dalam keadaan ketakutan. Kepahitan peristiwa konflik hampir dirasakan oleh semua anak Aceh baik generasi tua maupun generasi muda. Sekarangpun sisa-sisa kepedihan itu masih dirasakan oleh sebagian masyarakat kita. Mungkin karena itu, masalah konflik ini telah menjadi perhatian para ulama, yang salah satu diantaranya adalah Abu Panton. Seperti harapannya pada penutupan bedah buku ini, hendaknya tidak ada lagi konflik di masa akan datang. Pemikiran Abu Panton mengenai resolusi konflik, menurut saya, dapat digolongkan satu penemuan baru. Kendatipun sistimatika buku ini diawali Al-Shulh (perdamaian)  tetapi sebenarnya ajaran atau pemikiran penting dari Abu panton adalah “lita‘arafu”. Hal ini belum banyak yang menjadi perhatian para ahli konflik sebelumnya. Namun, Aceh Berduka, Ulama Aceh Teungku Ibrahim Bardan atau Abu Panton, meninggal dunia sekitar pukul 18.30 WIB di Rumah Sakit Herna, Medan,  Sumatera Utara, Senin 29 April 2013. 
Pemimpin Dayah Malikussaleh Panton Labu itu menderita penyakit hipertensi. Sebelum dirawat selama lima hari di Rumah Sakit Herna, Abu Panton sempat dirawat 15 hari di Rumah Sakit Materna, Medan. "Saat ini dalam proses membawa pulang jenazah Abu Panton ke Panton  Labu, Aceh Utara," ujar keponakan Abu Panton, Attaillah, Senin sore. Rencananya, kata dia, pemakaman akan dilakukan di Dayah Malikussaleh, Selasa besok, 30 April 2013. Sebelum dibawa ke Medan, Abu Panton juga dirawat di Rumah Sakit Bunga Melati, Lhokseumawe. Kondisinya sempat normal. Namun  setelah itu ia kembali dilarikan ke Medan, lalu selanjutnya berobat ke Penang, Malaysia. Seulamat Jalan Abu Panton… Doa Rakyat Atjeh Sajan Droen.

No comments:

Post a Comment