NIAT YANG IKHLAS
Setiap hamba Allah memiliki kemampuan dan kemauan dalam beribadah yang berbeda-beda. Sedangkan nilai ibadah seorang hamba di hadapan Allah ditunjukkan dengan ikhlasnya dalam beramal. Tanpa keikhlasan takkan berarti apa-apa amal seorang hamba. Tidak akan ada nilainya di sisi Allah jika tidak ikhlas dalam beramal.
Setiap hamba Allah memiliki kemampuan dan kemauan dalam beribadah yang berbeda-beda. Sedangkan nilai ibadah seorang hamba di hadapan Allah ditunjukkan dengan ikhlasnya dalam beramal. Tanpa keikhlasan takkan berarti apa-apa amal seorang hamba. Tidak akan ada nilainya di sisi Allah jika tidak ikhlas dalam beramal.
Niat adalah pengikat amal. Keikhlasan seseorang benar-benar
menjadi teramat sangat penting dan akan membuat hidup ini menjadi lebih mudah,
indah dan jauh lebih bermakna.
Balasan yang dinikmati oleh hamba Allah yang ikhlas adalah akan
memperoleh pahala amal, walaupun amalan tersebut belum dilakukan. Disamping itu
akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin. Betapa tidak? Karena dia
tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan atau
imbalan. Dipuji atau tidak sama saja.
KONSENTRASIKAN AMALMU HANYA KEPADA ALLAH
Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi ataupuan imbalan duniawi dari apa yang dapaat dia lakukan. Konsentrasi orang ikhlas hanya satu, yakni bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah.
Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi ataupuan imbalan duniawi dari apa yang dapaat dia lakukan. Konsentrasi orang ikhlas hanya satu, yakni bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah.
Berhati-hatilah bagi orang-orang yang ibadahnya temporal, karena
bisa jadi perbuatan tsb merupakan tanda-tanda keikhlasan belum sempurna. Yang
ukuran nilai ibadahnya adalah duniawi. Misalnya ketika wuzuk…ternyata disamping
ada seoran yang cukup terkenal dan
disegani, makan wudlu kita pun secara sadar atau tidak tiba-tiba
dibagus-baguskan.
Hamba Allah yang ikhlas mampu beribadah secara istiqamah dan
terus menerus kontinu. Orang-orang yang ikhlas adalah orang yang kualitas
amalnya dalam kondisi ada atau tidak adanya orang yang memperhatikan adalah
sama. Berbeda dengan orang yang kurang ikhlas, ibadahnya justru lebih bagus
ketika ada orang lain memperhatikannya.
Seorang pembicara yang tulus tidak harus merekayasa aneka
kata-kata agar penuh pesona, tetapi dia usahakn agar setiap kata-kata yang
diucapkan benar-benar menjadi kata-kata yang disukai Allah. Bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya, dan maknanya. Selebihnya terserah Allah,
kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang Maha Kuasa
menghunjamkannya ke dalam setiap kalbu.
Oleh karena itu tidak perlu terjebak oleh rekayasa-rekayasa.
Allah samasekali tidak membutuhkan rekayasa karena Dia Maha Tahu segala
lintasan hati, Maha Tahu segalanya! Semakin jernih, semakin bening, dan semakin
bersih segala apa yang kita lakukan atau semakain seluruh aktivitas ditujukan
semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah lah yang akan menolong segalanya.
IKHLAS, RAHASIA PARA KEKASIH ALLAH
Seorang sahabat dengan mimik serius mengajukan sebuah pertanyaan,“Ya kekasih Allah, bantulah aku mengetahui perihal kebodohanku ini. Kiranya engkau dapat menjelaskan kepadaku, apa yang dimaksud ikhlas itu?“
Seorang sahabat dengan mimik serius mengajukan sebuah pertanyaan,“Ya kekasih Allah, bantulah aku mengetahui perihal kebodohanku ini. Kiranya engkau dapat menjelaskan kepadaku, apa yang dimaksud ikhlas itu?“
Nabi SAW, kekasih Allah yang paling mulia bersabda,“Berkaitan
dengan ikhlas, aku bertanya kepada Jibril a.s.apakah ikhlas itu?Lalu Jibril
berkata,“Aku bertanya kepada Tuhan yang Maha Suci tentang ikhlas, apakah ikhlas
itu sebenarnya?“ Allah SWT yang Mahaluas Pengetahuannya menjawab,“Ikhlas adalah
suatu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang
Kucintai.“(H.R Al-Qazwini)
Dari hadits diatas nampaklah bahwa rahasia ikhlas itu diketahui
oleh hamba-hamba Allah yang dicintai-Nya. Untuk mengetahui rahasia ikhlas kita
tidak lain harus menggali hikmah dari kaum arif, salafus shaalih dan para ulama
kekasih Allah.
Antara lain Imam Qusyaery dalam kitabnya Risalatul Qusyairiyaah
menyebutkan bahwa ikhlas berarti bermaksud menjadikan Allah sebagi satu-satunya
sesembahan. Keikhlasan berarti menyucikan amal-amal perbuatan dari campur
tangan sesama makhluk. Dikatakan juga keikhlasan berarti melindungi diri
sendiri dari urusan individu manusia.
TANDA-TANDA IKHLAS SEORANG HAMBA
1. Tidak mencari populartias dan tidak menonjolkan diri
2. Tidak rindu pujian dan tidak terkecoh pujian.
Pujian hanyalah sangkaan orang kepada kita, padahal kita sendiri yang tahu keadaan kita yang sebenarnya. Pujian adalah ujian Allah, hampir tidak pernah ada pujian yang sama persis dengan kondisi dan keadaan diri kita yang sebenarnya.
3. Tidak silau dan cinta jabatan
4. Tidak diperbudak imbalan dan balas budi
5. Tidak mudah kecewa.
1. Tidak mencari populartias dan tidak menonjolkan diri
2. Tidak rindu pujian dan tidak terkecoh pujian.
Pujian hanyalah sangkaan orang kepada kita, padahal kita sendiri yang tahu keadaan kita yang sebenarnya. Pujian adalah ujian Allah, hampir tidak pernah ada pujian yang sama persis dengan kondisi dan keadaan diri kita yang sebenarnya.
3. Tidak silau dan cinta jabatan
4. Tidak diperbudak imbalan dan balas budi
5. Tidak mudah kecewa.
Seorang hamba Allah yang ikhlas yakin benar bahwa apa yang
diniatkan dengan baik lalu terjadi atau tidak yang dia niatkan semuanya pasti
telah dilihat dan dinilai oleh Allah SWT. Misal ketika kita menjenguk teman
sakit di RS luar kota, ternyata ketika kita sampai yang bersangkutan telah
sembuh dan pulang. Tentu sjaa kita tidka harus kecewa karena niat dan perjalan
termasuk ongkos dan keletihannya sudah mutlak tercata dan tidak akan
disia-siakan Allah.
Seorang hamba yang ikhlas sadar bahwa manusia hanya memiliki
kewajiban menyempurnakan niat dan menyempurnakan ikhtiar. Perkara yang terbaik
terjadi itu adalah urusan Allah.
Masalah kekecewaan yang wajar adalah jika berhubungan dengan
urusan dengan Allah, kecewa ketika ternyata sholatnya tidak khusyu‘, ibadahnya
tidak meningkat dsb.nya.
6. Tidak membedakan amal yang besar dan amal yang kecil
7. Tidak fanatis golongan
8. Ridha dan marahnya bukan karena perasaan pribadi
9. Ringan. Lahap dan nikmat dalam beramal
10. Tidak egis karena sellau mementingkan kepentingan bersama.
11. Tidak membeda-bedakan pergaulan.
7. Tidak fanatis golongan
8. Ridha dan marahnya bukan karena perasaan pribadi
9. Ringan. Lahap dan nikmat dalam beramal
10. Tidak egis karena sellau mementingkan kepentingan bersama.
11. Tidak membeda-bedakan pergaulan.
IKHLASNYA SEORANG MUQARABBIN
Dalam kitab Al Hikan, karya Syeikh Ibnu Atho’ilah tentang kedudukan seorang hamba dalam amal perbuatannya, terdapat dua tingkatan kemuliaan seorang hamba ahli ikhlas, yakni hamba Allah yang abrar dan yang muqarrabin.
Dalam kitab Al Hikan, karya Syeikh Ibnu Atho’ilah tentang kedudukan seorang hamba dalam amal perbuatannya, terdapat dua tingkatan kemuliaan seorang hamba ahli ikhlas, yakni hamba Allah yang abrar dan yang muqarrabin.
Keikhlasan seorang abrar adalah apabila amal perbuatannya telah
bersih dari riya‘ baik yang jelas maupun tersamar. Sedangkan tujuan amal
perbuatannya selalu hanya pahala yang dijanjikan Allah SWT. Adapun keikhlasan
seorang hamba yang muqarrabin adalah ia merasa bahwa semua amal kebaikannya
semata-mata karunia Allah kepadanya, sebab Allah yang memberi hidayah dan
taufik.
Dengan kata lain, amalan seorang hamba yang abrar dinamakan
amalan lillah, yaitu beramal karena Allah. Sedangkan amalan seorang hamba yang
muqarrabin dinamakan amalan billah, yaitu beramal dengan bantuan karunia Allah.
Amal lillah menghasilkan sekedar memperhatikan hukun dzahir, sedang amal billah
menembus ke dalam perasaan kalbu.
Pantaslah seorang ulama ahli hikmah menasihatkan,“Perbaikilah
amal perbuatanmu dengan ikhlas, dan perbaikilah keikhlasanmu itu dengan
perasaan bahwa tidak ada kekuatan sendiri, bahwa semua kejadian itu hanya
semata-mata karena bantuan pertolongan Allah saja.“
Tentulah yang memiliki kekuatan dashyat adalah keikhlasan
seorang hamba yang muqarrabin yang senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah
Azza wa Jalla.